Tidak seperti biasanya, hari ini Kamis (21/10), jamaah haji Indonesia menyemut di pintu utama Masjid Nabawi, pintu depan Malik Fahd yang terdiri dari lima pintu dan diapit oleh dua pintu yang lebih basar. berbondong-bondong mereka berjalan dengan mengikuti beberapa bendera yang berbeda-beda.
Mereka berjalan melewati hotel-jotel besar kawasan pusat Komplek Masjid Nabawi (Markaziyah) dengan dipandu oleh beberapa suara dari corong speaker pengeras. Selain itu, mereka dibedakan oleh slayer atau hasduk yang dikalungkan di leher masing-masing jamaah.
/>
"Cepat-cepat ibu-ibu, bapak-bapak, berkumpul ke depan, jangan sampai ketinggalan. Harap bisa cepat-cepat karena waktu kita sempit. jangan sampai ketinggalan Arbain," kira-kira begitu suara aba-aba dari salah seorang pemimpin rombongan. Suara-suara serupa saling bersahut-sahutan.
Karena penasaran, maka NU Online mencoba bertanya kepada beberapa orang dari kelompok berbeda. "Bapak, ini rombongan mau kemana?" tanyaku pada salah seorang yang membawa bendera berlambang sebuah kabupaten di daerah Jawa Timur.
"Mau ziarah ke Jabal Uhud, Masjid Qiblatain sama Masjid Quba," tuturnya dengan logat medok sekali.
"Ini Bapak, ziarah begini dikoordinir dari mana?" tanyaku lagi.
"Oh, ini sudak dikoordinir oleh Majmu'ah. Bis-bis juga sudah disiapkan oleh Majmu'ah," kata sang bapak yang berpenampilan seorang kiai.
Setelah berterima kasih, saya pun segera berlalu dan mencari orang di kelompok lain untuk ditanyai.
"Maaf Bapak, rombongan ini mau kemana?" tanyaku pada seorang yang membawa bendera di kelompok yang lain.
"Mau ke Jabal Magnit," jawabnya singkat. Sepertinya pria muda ini sibuk sekali.
"Maaf pak, kalo boleh tanya, ke Jabal Maghnit itu yang koordinir siapa?" tanyaku mencoba mendapatkan perhatiannya.
"Ya KBIH lah, masak ia pemerintah. Emang Bapak siapa kok tanya-tanya," jawabnya dengan nada menyelidik.
Sejurus kemudian, saya pun mencoba menjelaskan, "Saya petugas. Saya wartawan yang sekedar ingin bertanya." Namun rupanya dia tampak lebih sibuk menghitung jamaah yang memakai tas dan slayer sama dengannya. Dengan tas yang lebih besar dan slayer lebih mencolok bertuliskan sebuah nama KBIH dan alamat lengkapnya. (min/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab Saudi)