Imam Masjidil Aqsa: Kami Berharap ICIS Membantu Perjuangan Palestina
Kamis, 31 Juli 2008 | 00:05 WIB
Konferensi para ulama dan cendikiawan Muslim se-Dunia atau International Conference of Islamic Scholars (ICIS) yang digagas Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), mendapatkan perhatian khusus dari Imam Besar Masjidil Aqsa, Palestina, Dr. Ismail Nawahdah.
Dirinya berharap, konferensi yang mempertemukan 300 tokoh ulama dan cendikiawan Islam dari 64 negara ini diharapkan dapat memberikan sumbangan nyata bagi pembebasan Masjidil Aqsa dan kemberdekaan Palestina.<>
“Kami dari Palestina datang ke Indonesia dengan harapan besar. Kami ingin forum ini berhasil. Semoga ICIS dapat menjadi faktor pemersatu rakyat Palestina dan membantu diplomasi internasional untuk kemerdekaan Palestina,” papar Ismail dalam dialog dengan wartawan di sela-sela pelaksanaan ICIS III di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (30/7).
Dikatakannya, kemerdekaan Palestina masih belum terwujud antara lain karena dipengaruhi faktor internal, yakni sulitnya menyatukan faksi-faksi yang ada di Palestina, antara Hamas dan Fatah, masing-masing berjalan dengan agenda sendiri dan tidak memiliki kesamaan platform dalam berjuang.
“Saya sering berkunjung ke negara-negara Eropa. Umumnya mereka memberikan dukungan penuh pada perjuangan rakyat Palestina. Lemahnya persatuan rakyat Palestina, selalu menjadi sorotan utama,” katanya.
Menurut Ismail, sebetulnya bukan tidak ada upaya yang dilakukan oleh pemimpin Palestina untuk membuat persatuan nasional. Namun berbagai upaya yang dilakukan selalu gagal, karena masing-masing pihak cenderung mengedepankan egonya masing-masing.
“Padahal kalau kami menyatu, mengusir Israel dari Palestina adalah hal yang mudah. Kemerdekaan Palestina bukan sesuatu yang mustahil,” terangnya.
Faktor diplomasi internasional, lanjut Ismail, memiliki pengaruh yang besar dalam menentukan kemerdekaan Palestina. Selama ini, perundingan yang dilakukan antara Palestina dan Israel selalu mengalami jalan buntu dan diulur-ulur oleh Israel. Ini antara lain karena diplomasi internasional lebih dikuasai Israel, sedangkan posisi Palestina sangat lemah.
“Tak dapat dipungkiri, saat ini Israel adalah negara di Timur Tengah yang memiliki sistem pertahanan paling canggih. Teknologi penunjangnya juga paling modern. Ini semua karena dukungan penuh Amerika dan Barat. Kondisi ini sangat menyulitkan perjuangan rakyat Palestina,” paparnya.
Ismail merasa sulitnya perjuangan yang dihadapi dalam melawan Israel dan sekutunya, membuat rakyat Palestina merasa seperti hidup dalam penjara besar.
Karena itu, dirinya menaruh harapan agar masalah tersebut mendapatkan perhatian peserta konferensi. Pasalnya, perjuangan rakyat Palestina bukanlah semata perjuangan untuk orang Palestina. Tetapi perjuangan rakyat palestina adalah perjuangan untuk dunia Islam, karena di Palestina terdapat salah satu dari masjid suci umat Islam, yakni Masjidil Aqsa.
“Populasi kaum muslimin di dunia sangat besar dan Indonesia adalah negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia. Hal ini dapat dijadikan sebagai alat penekan. Forum ICIS kami harapkan dapat membantu perjuangan membebaskan Palestina dari belenggu penjajahan Israel.” (hir)