Warta

Iqbal: Jangan Ada Penyimpangan Sejarah

Kamis, 28 Oktober 2010 | 11:30 WIB

Jakarta, NU Online
Sebuah novel karya Damien Dematra bertajuk ‘Bulan di Atas Ka’bah’ yang mengambil cerita perjalanan pendiri NU KH Hasyim Asy’Ari diluncurkan. Mengingat beliau tidak bisa dipisahkan dengan NU, maka Sekjen PBNU Iqbal Sullam meminta jangan ada penyimpangan, mencari popularitas dan keutnungan materi dengan novel tersebut.

Mbah Hasyim ini tokoh besar NU dan pahlawan nasional, sehingga harus hati-hati dalam menulis biografi beliau. Baik berupa novel maupun karya tulis ilmiah. “Karena itu berbicara Mbah Hasyim adalah berbicara bangsa Indonesia, NU dan pesantren,”tandas Iqbal Sullam ketika peluncuran buku itu di Gedung PBNU Jakarta, Kamis (28/10).<>

Hadir dalam peluncuran buku setebal 174 halaman tersebut antara lain cucu Mbah Hasyim yang anggota DPR RI Hj. Lily Khodijah Wahid, Damien Dematra dan Ketua LTN NU Sulthon Fathoni. Iqbal mengingatkan dengan novel itu kalau terjadi penyimpangan, maka dampaknya negatifnya sangat besar dan tidak selesai dengan hanya meminta maaf.

Diakui jika novel ini hanya satu sisi dan sisi yang lain bisa ditulis selanjutnya. Seperti Mahatma Gandhi, Bung Karno dan Gus Dur. Karena itu, diharapkan akan banyak novel atau buku tentang Mbah Hasyim.  Tapi, kalau akan difilmkan, tentu harus banyak melibatkan tokoh NU, PBNU dan tidak cukup hanya keluarga.

Yang pasti kata Hj. Lily kesederhanaan Mbah Hasyim itu dibarengi dengan kekuatan spiritual dan perjuangan fisik, bil hal, gerakan sosial dengan melawan penjajahan Belanda dan Jepang dan puncaknya pertempuran 10 November Surabaya.

“Mbah Hasyim itu sangat berwibawa, berkharisma dan sangat tinggi ilmunya. Sampai diminta mengajar di Masjidil Haram Makkah. Ketika ditahan oleh Jepang, ribuan santrinya malah juga minta ditahan. Jadi, beliau menjadi inspirasi bagi perjuangan bangsa ini,”tutur adik kandung Gus Dur itu.

Dia setuju dengan rencana pembuatan film Mbah Hasyim itu. Namun, untuk film ini dia mensyaratkan agar semua pihak; keluarga besar Mbah Hasyim, keluarga besar NU semuanya diajak bicara. “Saya mendukung film Mbah Hasyim ini asal keluarga besar NU dan keluarga diajak bicara bersama-sama,”katanya.

Damien sendiri mengakui jika novel ini merupakan karya fiksi dan fakta. Dia sangat terkesan ketika berziarah ke pemakaman Gus Dur di Jombang, yang disaksikan puluhan ribu bahkan jutaan orang pada 31 Desember 2009 itu. “Untuk itu, saya segera siapkan scenario untuk fim Mbah Hasyim ini,”kata Damien.(amf)


Terkait