Koyimah Binti Nasrun turun dari bus pengangkut jemaah haji tanpa disambut kursi roda. Dua orang petugas membantunya dikanan dan kiri membimbing warga Labuan Batu Selatan Medan yang telah berusia 102 tahun ini.
Senyum terus tersungging dibibirnya. Wajah tua letih ini tersapu bahagia karena mimpinya menunaikan ibadah haji dan menjejakkan kaki di Tanah Haram Makkah al-Mukarromah ini terwujud. Lima tahun mengumpulkan uang dari jasa dukun bayi dan berjualan sayur di kampungnya.
Makkah, NU Online
Koyimah yang memiliki 4 anak 15 cucu dan 15 cicit, berjalan terbungkuk memasuki rumah nomor 32 di sector wilayah Zumaizah, Makkah. Berbicang dengan Nenek Koyima<>h terasa menyenangkan, seperti kita berdekatan dengan Ibu atau nenek sendiri, jawabannya tetap lugas, dan apa adanya, hingga tak sedikit petugas bahkan wartawan ikut terharu bahagia melihat kebahagiaan yg terpancar di wajahnya.
Nenek Koyimah, berangkat dari kampungnya sendirian, hanya teman-teman satu rombongan ini yang menjadi keluarganya selama berada di Makkah, menunaikan ibadah haji. Petugas Haji Indonesia menjelaskan, untuk aktifitas menunaikan rukun-haji, tawaf dan sa’i, pemerintah Arab Saudi sudah menyediakan fasilitas seperti kursi roda.
Di sektor 5 yang merupakan ring 1, tempat nenek Koyimah dan rombongan jemaah asal embarkasi Medan dengan jumlah jamaah 454, tidak mendapat fasilitas transportasi bis. Jarak 2 kilometer itu harus ditempuh dengan berjalan kaki ke Masjidil Haram, namun untuk para lanjut usia, petugas membantu mereka dengan kursi roda.
Kerinduan ke Baitullah ini, yang mendorong nenek Koyimah berangkat penuh tekad memenuhi panggilan ilahi. (min)