Masyarakat dan warga Nahdlatul Ulama (NU) Kudus, Jawa Tengah, memperingati Haul ke-50 KH Raden Asnawi—salah satu pendiri NU yang juga keturunan ke-14 Sunan Kudus—di Komplek Pemakaman Menara Kudus, Ahad (29/6) malam.
Istimewanya, Ketua Markas Penanggalan Falakiyah Jawa Tengah, KH Turaichan Tajussyarah, secara khusus membuatkan lukisan huruf Arab indah yang berbunyi "Isyghati" untuk Mbah Asnawi—panggilan akrab KH Raden Asnawi.<>
Lukisan yang terdiri dari huruf Arab: “ain”, “syin”, “ghin”, “tha”, tersebut disesuaikan dengan angka tahun meninggalnya Mbah Asnawi, yakni, pada 1378 H. Menurut Kiai Turaichan, lukisan itu bermakna “Mbah, kaulo aturi sugeng maleh, ngelindungi kito sedoyo” (Mbah, saya persilakan untuk hidup kembali, melindungi kita semua).
Kiai Turaichan menjelaskan, berziarah di hadapan orang yang mempunyai kemuliaan di sisi Allah, seperti Mbah Asnawi, memiliki makna berbeda. Niatnya bukan untuk mendoakan, namun untuk memperoleh berkah dari Allah lantaran Mbah Asnawi.
“Menurut Imam Ghazali, orang yang ketika waktu masih hidup dapat dialap berkah, semasa wafatnya pun dapat dialap berkah,” terang Kiai Turaichan, seperti dilaporkan Kontributor NU Online, Zakki Amali.
Hadir juga pada peringatan haul itu, Mustasyar Pengurus Cabang NU Kudus, KH Moh. Sya'roni Ahmadi, Habib Alwi bin Abdullah Ba'aqil Assaqaf, KH Ahmad Basyir dan KH Khairuzzad.
Peringatan serupa yang digelar di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, Jateng, dihadiri Pengasuh Pondok Pesantren Daarul Rahman, Jakarta, KH Syukron Makmun. Ia berpesan kepada warga NU agar meneladani semangat perjuangan Mbah Asnawi.
"Hendaknya kita mencintai Mabh Asnawi. Sebab, Nabi bersabda, kelak manusia akan dikumpulkan di hari kiamat bersama orang yang kita cintai di dunia," kata Kiai Syukron—begitu panggilan akrabnya. (rif)