Warta

Muslim Taiwan Ajak NU Kerja Sama

Rabu, 17 Oktober 2007 | 13:14 WIB

Jakarta, NU Online
Komunitas Muslim Taiwan yang tergabung dalam Chinese Muslim Association (CMA) menawarkan kepada Nahdlatul Ulama (NU) kerja sama di bidang pendidikan. Demikian dikatakan Ketua Umum Pucuk Pimpinan (PP) Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa di Jakarta, Rabu (17/ 10).

Menurut Khofifah, tawaran kerja sama tersebut datang setelah pimpinan sejumlah organisasi kemasyarakatan perempuan terbesar di Indonesia itu melakukan pertemuan dengan Ketua CMA Ali Ma Ju-Hu, dalam rangakain kujungan ke Taiwan, 13-16 Oktober lalu.<>

CMA, katanya, akan memberikan beasiswa pendidikan S-1 dan S-2 untuk kader NU. Sedangkan NU, melalui Muslimat, akan memberikan pendidikan dakwah kepada anggota perempuan CMA di Indonesia. Kerja sama itu diharapkan dapat meningkatkan hubungan antara Muslim Indonesia dan Muslim Taiwan.

Ia menambahkan, pihaknya siap membantu Muslim Taiwan karena hingga saat ini di negara tersebut masih jarang dijumpai juru dakwah dari kalangan perempuan. Dengan adanya pendidikan bagi juru dakwah tersebut, diharapkan kemajuan Islam di Taiwan bisa semakin pesat pada masa mendatang.

Soal TKI

Khofifah berkunjung ke Taiwan dalam rangka menghadiri acara halal bil halal yang diselenggarakan Majelis Taklim Yasin yang diprakarsai para Tenaga Kerja Indonesia/Tenaga Kerja Wanita (TKI/TKW) dan para mahasiswa asal Indonesia.

Kunjungan tersebut juga dimanfaatkan untuk banyak hal oleh mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Kepala BKKBN itu, termasuk berdialog dengan para TKI/TKW di negara tersebut.

Dalam pertemuan yang digelar di Masjid Besar Taipei itu, para TKI dan TKW mengeluhkan berbagai hal, termasuk kurangnya pembekalan dari Perusahaan Jawatan TKI yang memberangkatkan, sehingga mereka kerap menghadapi berbagai masalah, mulai dari masalah keluarga, pekerjaan, makanan, hingga masalah ibadah salat dan puasa.

“Ada yang tidak diperbolehkan puasa, ada yang tidak diperbolehkan salat, dan ada yang mengaku dua kali diperas di Bandara Soekarno-Hatta, saat mereka pulang ke Indonesia dan soal transportasi lokal yang sangat mahal,” jelas mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia itu.

Oleh media massa setempat, katanya, dia banyak ditanya soal kesejahteraan rakyat Indonesia yang tertinggal dengan negera-negara lain. Padahal dari segi sumber daya alam, apa yang dimiliki Indonesia sebenarnya sangat melimpah dan cukup untuk memajukan ekonomi rakyat. Kesejahteraan rakyat yang masih rendah, katanya, menyebabkan orang Indonesia banyak yang menjadi TKI di luar negeri.

Khofifah yang juga anggota DPR dari Fraksi Kebangkitan Bangsa itu mendesak kepada pemerintah Indonesia untu segera mengambil sikap yang lebih jelas tentang posisi perwakilan RI di Taiwan, mengingat negara tersebut merupakan mitra strategis bagi Indonesia. Saat ini, katanya, Indonesia hanya memiliki kantor dagang, bukan kedutaan besar maupun konsulat jenderal.

“Itu terkait dengan rencana Taiwan yang akan melakukan investasi pada sektor Migas dan Industri sepatu di Surabaya dan Jateng, serta soal pengiriman TKI/TKW yang lebih berkualitas,” pungkasnya. (rif)


Terkait