Warta

NU Bergeser ke Tengah, bukan ke Kanan

Rabu, 11 April 2007 | 12:04 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menjelaskan anggapan sebagian masyarakat bahwa NU sekarang cenderung bergeser ke kanan, atau menjadi lebih konservatif adalah salah. NU saat ini bergeser ke tengah setelah sebelumnya terlalu lama ke kiri, atau dekat dengan Barat.

“Selama ini, posisi NU lebih cenderung ke Barat daripada ke Timur, jadi tasyahul (menyepelekan hukum) lebih didekati daripada tasyadud (pemikiran konservatif). Maka belakangan ini kita berusaha agar lebih ke tengah,” tuturnya dalam acara Halaqah Pemberdayaan Syuriah NU beberapa waktu lalu.

<>

Namun demikian, pergeseran ini dicurigai ke kanan karena posisi NU selama ini terlalu lama di posisi kiri sehingga seolah-olah bergeser ke kanan. “Ini akan melahirkan beberapa teman, tetapi juga tantangan-tantangan,” tambahnya.

Dikatakan oleh Pengasuh Ponpes Mahasiswa Al Hikam Malang ini, hubungan NU dengan sesama muslim di Indonesia saat ini semakin baik. Namun demikian, NU tetap mempertahankan manhaj yang dimiliki tanpa meninggalkan ukhuwah islamiyah.

Sementara itu, hubungan antar agama yang dijalin oleh NU juga dalam konteks tasamuh (toleransi), bukan ittibak (kepatuhan). Moderasi menurut NU adalah suatu keseimbangan antara keyakinan dan toleransi, bukan toleransi yang tidak bekeyakinan, bukan pula keyakinan yang tak bertoleransi. “Selama ini tidak ada masalah dalam penerapannya dibidang sosial, tetapi tetap ada masalah dalam bidang akidah,” imbuhnya.

Secara internasional NU juga tetap mengatur keseimbangan antara kelompok liberal, kelompok tasyaddud dan kelompok tawassuth (moderat) di dalam dunia internasional. Dijelaskan oleh Sekjen International Conference of Islamic Scholars tersebut bahwa di Timur Tengah sebenarnya juga banyak kelompok tawasuth seperti di Jordania dan Syiria.

“Mereka fikiran sama dengan kita, tapi bedanya karena mereka secara fisik berhadapan dengan kekerasan, maka kelihatan sebagai sebuah kekerasan tapi sebenarnya kekerasan perlawanan, bukan kekerasan pemikiran,” paparnya.

Ancaman Baru Komunisme

Seiring dengan tumbuhnya kebebasan berfikir, komunisme yang dulu dianggap sebagai bahaya laten kini mulai berkembang lagi di Indonesia, meskipun masih sebatas wacana. Namun, suatu saat ini bisa menjadi sebuah gerakan fisik.

“Dalam satu titik tertentu, ini akan menjadi gangguan bagi kita semua. Jadi kita menghadapi tantangan dari sebelah kanan, kiri dan tengah. Namun banyak kiai merasa tidak ada tantangan apa-apa karena tidak tahu tantangan itu sehingga sosialisasi masalah ini perlu dikembangkan sampai tingkat cabang,” ujarnya.


Terkait