Nahdlatul Ulama (NU) berharap satu Idul Fitri 1429 H atau merayakan Lebaran bersamaan. Hal itu didasarkan karena NU memulai 1 Ramadhan lalu secara bersamaan pula dengan organisasi kemasyarakatan Islam lainnya, seperti halnya Muhammadiyah.
Harapan tersebut diungkapkan Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ghazalie Masroerie, kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu (24/9).<>
Menurut Kiai Ghazalie—begitu panggilan akrabnya—permulaan awal Ramadhan lalu yang dilakukan bersamaan terjadi karena beberapa alasan. Pertama, aspek syar’i (hukum agama) yang menekankan bahwa kebijakan bersama itu berlandaskan ajaran Rasulullah tentang rukyatul hilal (pengamatan/observasi terhadap bulan).
“Observasi sangat penting. NASA (Badan Antariksa Amerika Serikat) saja, untuk mengoreksi hitung-hitungannya (baca: perhitungan astronomis) juga melakukan observasi,” terang Kiai Ghazalie.
Kedua, aspek astronomis yang menekankan bahwa kebijakan bersama itu berlandaskan tinjauan astronomis mengenai kriteria visibilitas hilal. Ketiga, aspek geografis. Faktor ini memperhitungkan letak geografis Indonesia yang amat luas merupakan satu kesatuan wilayah hukum.
Keempat, aspek politis yang menekankan perlunya intervensi pemerintah agar kebijakan bersama itu dapat dilakukan bagi seluruh umat Islam.
Karena itu, meski sudah dapat menentukan 1 Syawal 1429 H melalui metode hisab (perhitungan astronomis), NU masih akan menunggu proses sidang itsbat (penentuan) dengan pemerintah. Setelah itu, baru akan diumumkan kepastian Hari Raya Idul Fitri tahun ini.
“Untuk menciptakan ketenangan bagi umat Islam, NU tidak segera mengumumkan sikapnya tentang kepastian Idul Fitri 1429 H. Sesudah itsbat pemerintah, kemudian NU mengumumkan,” jelas Kiai Ghazalie. (rif)