Warta

NU Perlu Rangkul Perbankan

Jumat, 11 Januari 2008 | 11:52 WIB

Banyuwangi, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) perlu bekerja sama dengan lembaga keuangan, seperti perbankan. Diharapkan itu mampu menjadi jalan untuk mengangkat perekonomian warga Nahdliyin, yang masih berada di bawah garis kemiskinan.

Demikian disampaikan anggota Komisi V DPR RI Abdullah Azwar Anas dalam seminar bertajuk “Optimalisasi Fungsi dan Peran PCNU dalam Upaya Pemberdayaan Pesantren dan Masyarakat” di aula lantai II STAI Ibrahimy, Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (10/1) kemarin pagi.<>

Anas menyarankan, untuk bisa memperkecil jumlah kemiskinan warga Nahdliyin, ke depan pengurus NU perlu membangun jaringan kerja sama dengan lembaga keuangan, seperti bank, khususnya, Bank Syariah.

“Mengapa saya sebut Bank Syariah. Karena ternyata sistem Bank Syariah, selain sesuai prinsip-prinsip Islam, juga lebih banyak memberi kemudahan bagi nasabahnya,” tuturnya.

Mengapa NU tidak mendirikan bank atau lembaga keuangan sendiri? Menurut Anas, itu justru kurang efektif. Sebab, tenaga yang dimiliki belum memadai. Warga NU pernah punya banyak pengalaman mengelola koperasi pondok pesantren. Tapi banyak yang gagal.

“Kalau ada yang sukses, jumlahnya minim. Sehingga menurut saya, jalan kerja sama dengan melibatkan lembaga keuangan seperti bank, bisa lebih mudah untuk meningkatkan taraf perekonomian warga NU,” cetus politisi PKB itu.

Dalam seminar pra Konferensi Cabang (Konfercab) NU, 19-20 Januari 2008 itu juga disoroti minimnya pengetahuan kader NU terhadap jati diri organisasi. Padahal, pihak luar NU, seperti peneliti NU asal Belanda, Martin Van Bruisen, justru banyak tahu tentang ormas Islam terbesar di Indonesia tersebut.

“Mulai silsilah pesantren sampai kitab yang diajarkan di pesantren, Martin itu tahu. Bahkan silsilah keluarga saya, dia juga tahu,” ungkap Ketua PCNU Jember KH Muhyidin Abdussamad, narasumber seminar lainnya.

Minimnya pengetahuan terhadap organisasinya sendiri, lanjut Muhyi, diduga kuat karena banyak kader NU enggan membaca dan menulis. Khususnya tentang jati diri NU. Sehingga sejak dini, mestinya para kader NU harus banyak membaca dan menulis.

“Saya yakin, asalkan mau, banyak kader NU yang bisa. Bayangkan saja, para penulis yang tidak mampu baca kitab kuning saja bisa, apalagi para kader NU yang pintar baca kitab kuning,” katanya memberi semangat.

Acara yang diikuti ratusan peserta tersebut juga dihadiri beberapa kiai NU. Hadir KH Hisyam Syafaat, KH Muafiq Amir, KH Ali Maki Zaini, KH Masykur Ali, Ketua Pelaksana Harian DPC PKB Banyuwangi H Affandi Alwi, serta beberapa kiai lain. (gpa/sbh)


Terkait