Warta

Partai Anti Islam Austria Diperluas ke Jerman

Rabu, 27 Oktober 2010 | 11:37 WIB

Wina, NU Online
Partai ultranasionalis Austria, Partai Kebebasan (FPOe) yang dipimpin Jörg Haider, berencana melebarkan sayap ke Jerman, untuk menggalang kekuatan sesama kelompok militan anti-Islam di Eropa. Salah satu sasaran politiknya adalah menutup akses bagi Turki untuk bergabung ke Uni Eropa.

Seperti diberitakan independent.co.uk pada Selasa (26/10), di bawah kepemimpinan Jörg Haider, sejak satu dekade lalu partai ekstrem kanan ini berhasil menggenggam kekuasaan di Austria. Terakhir awal bulan Oktober 2010 ini, partainya berhasil meraup dukungan lebih dari 26% suara. Dukungan terbesar bagi Haider datang dari kota-kota besar di<> mana banyak terdapat komunitas imigran yang kebanyakan berasal dari Turki dan Afrika Utara.

Salah satu strategi partai ini adalah membagi-bagikan permainan komputer gratis, yang memungkinkan para pemainnya menembak atau menghancurkan masjid, menaranya, dan muaddzin (pengumandang adzan). Diperkirakan, gerakan Partai Kebebasan ini akan terus menggandeng mitra sesama militan anti Islam di Jerman dan disambut baik oleh para pendukungnya tersebut. Mengapa? Karena di Jerman gerakan anti-imigran dari Afrika Utara juga menguat.

Aiman Mazyek, Sekretaris Dewan Muslim, salah satu dari empat kelompok Islam terkemuka di Jerman menyebutkan jika selama ini partai sayap kanan yang ada di jantung kota Erfurt, Thuringia, mennyelenggarakan parade anti Masjid yang memicu kelompok-kelompok penentangnya untuk merencanakan aksi tandingan.

Beberapa hari sebelumnya, seorang perempuan Muslim dibunuh di pengadilan oleh seorang partisan sayap kanan ketika ia sedang mencari keadilan atas penghinaan yang dilontarkan oleh lelaki itu atas jilbab yang dikenakannya. Pemerintahan Jerman sendiri ragu-ragu untuk membubarkan NPD (partai nasional democratic) yang secara legal setelah kekalahan mereka di pengadilan tahun 2003.

Di kota Cologne, Kantor Perlindungan Konstitusi (Verfassungsschutz), badan intelijen domestik Jerman, telah mengintai aktivitas mencurigakan dari sebuah organisasi yang disebut "Pro Cologne" selama berbulan-bulan di tahun 2008. Organisasi itu sedang menggalang dukungan dari masyarakat kota untuk memprotes pembangunan sebuah Masjid besar di distrik Ehrenfeld.

Sekitar 300 anggota Pro Cologne telah mengumpulkan lebih dari 20.000 tanda tangan. Beberapa dari mereka berharap dapat menggunakan keberhasilan itu sebagai jalan untuk memenangkan kursi di parlemen.

Dengan sebuah partai politik baru bernama "Pro NRW" (Pro North-Rhine Westphalia), yang berakar dari gerakan Pro Cologne, dua pemimpin mereka, markus Beisicht dan Manfred Rouhs, ingin memenangkan cukup banyak suara untuk melangkah masuk ke parlemen di tahun 2010.

Sekitar selusin gerakan serupa Pro Cologne telah menyiapkan kampanye lokal ke seluruh negeri – di antaranya di Gelsenkirchen, Duisburg, Düsseldorf, Essen, dan Bottrop. Di tempat di mana tidak ada rencana pembangunan Masjid besar, ujar Beisicht, partainya hanya akan melawan Masjid-Masjid kecil yang telah ada.

Pengurus partai Pro NRW juga telah mengirimkan surat ke ibukota untuk memprotes rencana pembangunan Masjid di distrik Charlottenburg, Berlin. Mereka bahkan membentuk sebuah gerakan warga dengan nama "Pro Deutschland". Pejabat Verfassungsschutz merasa Beisicht dan teman-temannya akan mendapat banyak dukungan suara dan bahkan mengambil alih NPD neo-Nazi di Jerman barat.

NPD, yang cenderung berhadapan dengan kelompok Muslim anti Israel, telah mencoba menangkal persaingan baru ini dengan membentuk upaya anti Masjid serupa.  Mereka mengorganisir sebuah kelompok yang disebut "Gerakan Warga Pro Munster" untuk menghambat pergerakan partai Cologne melebarkan kekuasaannya di tingkat nasional.

Warga yang menandatangani petisi anti Masjid Pro Cologne beralasan bahwa mereka tidak ingin kotanya menjadi Makkah kedua dan kehadiran Masjid akan membuat lingkungan mereka menjadi bising.

Kritikus menilai munculnya gerakan-gerakan ini merupakan kesalahan pemerintah kota yang menyambut pembangunan Masjid dengan tangan terbuka tanpa membahasnya terlebih dahulu dengan masyarakat, mengantisipasi kecemasan dan kekhawatiran yang muncul di antara warga kota.

Bulan November2009 lalu, Markus Beisicht memberikan presentasi khusus mengenai gerakan Cologne kepada anggota Partai Kebebasan Austria di Graz.
"Kami akan menyebarkan perjuangan kami ke seluruh Eropa," ujarnya. Ia juga mengundang rekan-rekannya dari Partai Kebebasan Austria, Vlaams Belang, dan dari Front Nasional Perancis untuk hadir di Kongres Anti Islam di Cologne bulan September lalu.

Beischt adalah seorang pengacara yang dulu merupakan anggota kelompok sayap kanan Jerman, Republikaner (REP). Seperti sejumlah anggota eksekutif Pro NRW lainnya, ia memupuk hubungannya dengan kelompok sayap kanan radikal selama bertahun-tahun

Partai Kebebasan (FPOe) di Austria membuat sebuah video game online anti-Islam untuk kepentingan kampanye politiknya. Dalam video game yang diunggah di situs resmi partai tersebut, para pemainnya diajak menembaki muadzin dan menara-menara masjid. Permainan yang diberi nama "Moschee Baba" atau "Bye Bye (Selamat Tinggal) Masjid" ini berdurasi satu menit, dimana pemainnya bisa mengumpulkan poin setelah berhasil menghancurkan "target" berupa gambar sosok muslim, masjid dan menara masjid.

Lalu muncul tanda "stop" dan tulisan "Permainan Selesai. Sekarang Styria penuh dengan menara dan masjid!", lalu muncul pula ajakan agar pemain game itu memilih Gerhard Kurzmann dalam pemilu lokal yang akan digelar 26 September lalu. Kurzmann adalah salah satu kandidat dari Partai Kebebasan di kota Stryria.

Selain menghadirkan permainan anti-Islam. Situs partai itu juga membuat survei. Para pengunjung situs tersebut ditanya apakah pembangunan menara dan masjid di Austria selayaknya dilarang, dan apakah warga Muslim harus menandatangani sebuah deklarasi bahwa mereka lebih mengutamakan hukum Austria diatas Al-Quran.

Padahal menurut laporan kantor berita Austria, di kota Styria tidak ada masjid bermenara. Di kota yang jumlah komunitas Muslimnya cuma 1,6 persen dari total jumlah penduduk kota itu, hanya ada empat bangunan yang difungsikan sebagai masjid. Tindakan Partai Kebebasan membuat survei dan game online anti-Islam itu menuai kecaman dari pemuka muslim di Austria, Anas Schakfeh serta para politisi dari Partai Hijau dan Partai Sosial Demokrat.

"Video game online itu menunjukkan sikap kebencian terhadap agama tertentu dan ketakutan yang tidak beralasan," kata Anas. "Target serangan PFOe, menara-menara masjid, bahkan tidak ada (di kota Styria)," tukas Wemer Kogler, kandidat dari Partai Hijau di kota Styria. Komunitas Muslim dan Partai Hijau sudah melayangkan gugatan hukum atas apa yang dilakukan Partai Kebebasan.

Mereka menilai Partai Kebebasan telah menghasut untuk menimbulkan kebencian dan melecehkan agama yang bisa diancam dengan hukuman penjara sampai dua tahun. Kantor kejaksaan di Graz--ibukota Styria--sudah melakukan penyelidikan dan akan memutuskan apakah akan memerintahkan agar game online anti-Islam itu dihapus.

Partai Kebebasan merupakan salah satu partai di negara Eropa yang gencar melakukan kampanye anti-Islam. Partai ini juga mengusulkan agar dilakukan referendum untuk melarang pembangunan masjid yang dilengkapi dengan menara dan melarang penggunaan cadar. Pemimpin Partai Kebebasan Heinz-Christian Strache bahkan menyatakan ingin melihat adanya aksi unjuk rasa di Austria seperti aksi unjuk rasa di New York yang menentang rencana pembangunan masjid dan Islamic Center di dekat Ground Zero.

Game online "Bye Bye Mosque" kata Partai tersebut, merupakan respon atas komentar Thilo Sarrazin--tokoh Partai Sosial Demokrat di Jerman--yang mengatakan bahwa imigran muslim telah mengganggu kehidupan masyarakat Jerman. "Kami lebih menyukai Sarrazin daripada muazzin di Austria," demikian pernyataan Partai Kebebasan yang para pendukungnya kebanyakan anak-anak muda Austria.(amf/berbagai sumber)


Terkait