Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masdar F Masudi menilai, agama hanya digunakan sebagai simbol-simbol oleh partai politik untuk menarik massa. Agama belum digunakan dengan benar untuk sungguh-sungguh menciptakan kehidupan politik yang berlandaskan ajaran agama.
Menurutnya, agama belum ‘meresap ke bawah’ untuk menularkan prinsip kehidupan yang sesuai ajaran agama seperti mengenai kejujuran, saling menghormati, dan setia kawan. ''Agama mengalami defisit,'' ujarnya pada diskusi yang digelar Partai Golkar di Jakarta, Rabu (11/3).<>
Kondisi yang membuatnya miris juga ditemui di dunia pendidikan. Ia mempertanyakan kian pudarnya pendidikan etika, akhlak, atau budi pekerti. Akibatnya, kehidupan masyarakat menjadi keras. ''Warna religiusitas tidak muncul, yang muncul hanya simbol-simbol,'' kecamnya.
Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla memandang hubungan agama dengan politik khususnya pemilu saat ini sudah jauh lebih baik. Membandingkan dengan pemilu pada 1970-an, ia mengatakan, saat ini tak ada lagi perang ayat antara parpol. ''Sekarang jauh lebih kecil friksinya,'' ucapnya.
Menurutnya, fenomena golput yang kian membesar bukan semata-mata disebabkan masyarakat sudah bosan dengan kehidupan politik nasional. Golput, sambungnya, bisa juga disebabkan tingkat kehidupan masyarakat yang kian membaik seperti yang terjadi di Amerika Serikat. Menurutnya, di negeri Paman Sam itu, angka golput selalu terbilang tinggi. Bahkan, masyarakat AS yang memilih pada saat Obama terpilih hanya sekitar 60 persen.
Sekretaris Umum PGI Richard M Daulay mengharapkan parpol tidak mempolitisasi agama. Maksudnya, pemakaian simbol-simbol agama sebagai kendaraan politiknya. Politisasi agama itu diangganya hanya mereduksi kesakralan agama.
''Pesan kepada Partai Golkar agar menjaga gentlement agreement para pendiri bangsa yang membangun bangsa ini dengan pondasi Pancasila,'' imbuhnya. (rep)