PBNU Harapkan Amerika di Bawah Obama Lebih Obyektif Lihat Dunia Islam
Rabu, 18 Februari 2009 | 08:39 WIB
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengharapkan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama dapat lebih obyektif dalam melihat dunia Islam. Jika tidak, negeri adidaya itu tak akan berhasil ”bersahabat” dengan negara-negara Islam.
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi mengatakan hal itu dalam pidatonya pada Lokakarya Nasional Fikih Minoritas bertajuk Moderasi Komunitas Muslim dalam Konteks Integrasi Nasional di Hotel Sofyan Betawi, Jakarta, Rabu (18/2)<>
”Kita berharap agar Amerika melihat Islam dengan obyektif, jangan pakai ’kacamata berwarna’, ’kacamata putih’ saja,” terang Hasyim yang juga Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars.
Menurut Hasyim, seharusnya Amerika dapat benar-benar membedakan antara gerakan ekstrimisme dan yang bukan. Sebab, tidak semua gerakan perlawanan yang muncul dari dalam komunitas Islam adalah kelompok ekstrimis.
”Kalau ada ’ribut-ribut’, jangan langsung disebut ekstrimis. Kalau mereka (baca: komunitas muslim) diserang dan lalu melawan, jangan pula dikatakan ekstrimisme dalam Islam,” ujarnya.
Hasyim mencontohkan gejolak di Timur Tengah, terutama konflik antara kelompok Syiah dan Sunni di Irak. Menurutnya, di negara tersebut sebelumnya tidak pernah ada konflik antara keduanya. Penganut Syiah maupun Sunni selalu hidup berdampingan dan damai.
”Di Irak, Sunni dan Syiah tidak pernah bentrok dari dulu. Begitu ada invasi (Amerika Serikat), mereka bentrok. Sehingga masalahnya apakah mereka bentrok atau dibentrokkan,” terang Hasyim.
Ia menambahkan, seharusnya AS mulai menghilangkan keinginannya untuk menjadi ”polisi dunia” dan berubah menjadi ”bapak dunia”. Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan negara tersebut akan lebih murah dan lebih terhormat serta lebih ditaati.
”Daripada menjadi polisi dunia yang ujung-ujungnya dia ketakutan sendiri dengan terorisme itu. Dengan cara persahabatan, bukan saja menguntungkan, tapi akan lebih mempercepat recovery (krisis) dalam negeri karena kegoncangan Amerika pun akibat ekspansinya sendiri,” pungkasnya. (rif)