Pelajar NU-Muhammadiyah Kampanye Antipembodohan Politik Pemilih Pemula
Senin, 28 Juli 2008 | 05:01 WIB
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) bekerja sama mengampanyekan gerakan antipembodohan politik terhadap para pemilih pemula. Kampanye itu dilakukan sebagai bagian dari upaya pemberian pendidikan politik pada pemilih pemula, yakni kalangan pelajar dan remaja.
Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU Idy Muzayyad mengatakan, jumlah pemilih pemula mencapai 30 persen sampai 40 persen dari total jumlah pemilih. Karena itu, jumlah yang tidak sedikit tersebut merupakan sasaran utama bagi partai politik. Pemilih pemula kerap hanya menjadi menjadi obyek pembodohan politik.<>
“Ini penting mengingat selama ini, pengalaman yang lalu-lalu, partai politik lebih sering memanfaatkan mereka sebatas untuk hura-hura politik, seperti pengerahan massa dan konvoi,” ungkap Idy di Jakarta (28/7).
Bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa & Politik Departemen Dalam Negeri dan Komisi Pemilihan Umum, gerakan antipembodohan politik itu juga didukung Ikatan Pelajar Putri NU, dan Pelajar Islam Indonesia.
IPNU akan menggalang sinergi untuk menyelamatkan pemilih pemula dari pembodohan politik. Pendidikan politik dimaksudkan agar pemilih pemula yang masih “hijau” dalam dunia politik memiliki kesadaran dan partisipasi politik secara proporsional
Konsekuensi demokrasi, lanjut Idy, telah menempatkan setiap warga negara yang mempunyai hak pilih menentukan arah dan kebijakan negara melalui sistem perwakilan.
“Jangan sampai para pemilih pemula ini tidak menentukan pilihan secara otonom dan sadar. Tapi, mereka perlu diajak untuk benar-benar sadar hak dan pilihannya, agar tidak gampang diajak sekedar konvoi motor,” tegas Idy.
Idy menduga karena jumlahnya yang besar, pemilih pemula pasti akan menjadi sasaran penggalangan suara oleh semua partai politik yang ikut bertanding di Pemilu 2009, dengan stratergi yang berbeda. Seharusnya, strategi yang diterapkan itu jangan sampai mengandung unsur tipu-tipu dan kemasan yang tidak mendidik. Tetapi, harus dalam bingkai yang mencerahkan.
“Kami sangat berkepentingan agar pola pendekatan partai kepada pemilih pemula dilakukan secara elegan, mencerahkan dan mencerdaskan,” kata Idy. (rif)