Warta

Pesantren Kiai Sahal Dirikan Perguruan Tinggi

Ahad, 28 September 2008 | 07:17 WIB

Pati, NU Online
Pondok Pesantren Mathali’ul Falah pimpinan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Sahal Mahfudz mendirikan perguruan tinggi. Lembaga pendidikan tinggi tersebut diberi nama Sekolah Tinggi Agama Islam Mathali’ul Falah (STAI Mafa).

Rencananya, perkuliahan perdana akan dimulai pada akhir Oktober tahun ini. Tiga program pendidikan (prodi) telah dipersiapkan, yakni, Bahasa Arab, Perbankan Syariah dan Pengembangan Masyarakat.<>

Prodi Bahasa Arab ditujukan menjawab minimnya pendidik yang menguasai bahasa tersebut secara profesional, seperti yang dikeluhkan beberapa pengelola lembaga pendidikan di berbagai daerah.

Sedangkan, prodi Perbankan Syariah diharapkan melahirkan lulusan yang mumpuni untuk mengelola lembaga ekonomi Syariah.

”Lulusan Perbankan Syariah diharapkan dapat menjadi entrepreneur unggulan, pengelola lembaga ekonomi berbasis syariah dan trainner bank syariah. Bahkan, dapat disiapkan menjadi Dewan Pengawas Syariah (DPS), yang saat ini sangat dibutuhkan,” jelas Abdul Ghaffar Rozin, Ketua STAI Mafa, di Pati, belum lama ini.

Prodi berikutnya untuk menciptakan kader yang siap menjadi tokoh masyarakat. Dengan demikian, lulusannya mampu membimbing masyarakat membangun komunitas kreatif dan mengelola ekonomi makro.

Gus Rozin—panggilan akrabnya—mengungkapkan, lulusan STAI Mafa merupakan santri yang profesional dan mengerti kebutuhan masyarakat. ”Menciptakan santri plus, yang tak lupa nilai-nilai moral berbasis pesantren,” tandasnya seperti dilaporkan Kontributor NU Online, Munawir Aziz.

STAI Mafa, ujar Gus Rozin, berusaha mengakomodasi santri dan generasi muda agar lebih profesional. ”Sederhana saja sebenarnya, STAI Mafa memiliki tujuan menyiapkan santri yang bisa mengikuti tuntutan masyarakat,” jelasnya.

Menurut Gus Rozin, ide awal untuk membangun perguruan tinggi sebenarnya sudah sejak lama. Namun, baru tahun ini terwujud. Tujuan utamanya adalah menghasilkan lulusan yang profesional dan kompeten, namun tak kehilangan nilai-nilai pesantren. (rif)


Terkait