Wafat di Masjid Nabawi. Tentu, tidak ada yang bisa menebak atau menyangka. Apalagi bila penggilan tersebut datang saat seseorang sedang menjalankan ibadah Sholat.
Panggilan Allah ini memang terasa istimewa. Panggilan bagi seseorang untuk melaksanakan ibadah haji dan bisa melaksanakan saat di salah satu masjid haramain, Nabawi. Tempat sholat yang dijanjikan Allah pahala 10.000 kali lebih besar daripada di tempat lain. <<>br />
Namun, bagaimana jika panggilan itu memang benar-benar kita diharuskan bertemu sang Maha Pencipta. Siap atau tidak panggilan itu harus dipenuhi.
Tak boleh ditawar atau ditunda. Malaikat yang ditugaskan untuk memanggil siapa saja yang sudah berakhir episodenya di dunia ini tak bisa dipengaruhi oleh siapa pun.. Karena itu, sangat beruntung jika ada manusia dipanggil Allah ketika beribadah apalagi di Masjid.
"Secara lahiriyah itu sedang beribadah. Maka bisa dikatakan khusnul khotimah (kebaikan di akhir hayat)," kata Kepala Seksi Pelayanan Umum dan Ibadah PPIH Madinah, Djawahir Tanthowi saat berbicang dengan para wartawan, Sabtu (23/10).
Setidaknya itu yang dialami almarhum P Tamai bin P Muljin (60 tahun) jamaah kloter 19 Surabaya. Tamai ketika salat subuh di Masjid Nabawi tiba-tiba jatuh pingsan dan tak sadarkan diri hingga tujuh jam. Sekira pukul 13.34 waktu setempat Jumat 22 Oktober, Tamai benar-benar "dipanggil" Allah.
Hasil diagnosa dokter dia menderita stroke. Jamaah kelahiran Pasuruan, Jawa Timur ini juga memiliki riwayat penyakit hipertensi. Wafatnya Tama`i menambah jumlah jamaah wafat di Madinah menjadi 10 orang. Sementara satu jamaah wafat di Jeddah.
Memang kita tak pernah tahu kapan Allah akan memanggil kita. Siap atau tidak panggilan itu wajib dipenuhi. Alangkah baik, kita dipanggil ketika sedang melakukan kebaikan seperti Tamai. (min/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab Saudi)