Milisi Janjawid yang berkuasa di Darfur dilaporkan telah memperbudak ribuan anak-anak, perempuan, dan lelaki dewasa. Mereka dipaksa bekerja di tanah pertanian yang dikontrol oleh kelompok bersenjata itu.
Konsorsium Darfur yang beranggotakan 50 lembaga amal Afrika kemarin mengungkapkan mereka mempunyai sekitar seratus saksi yang pernah diculik milisi. Para budak itu adalah para korban yang diculik saat milisi Janjawid dan militer pemerintah Sudan menyerbu desa-desa beretnis non-Arab.<>
Konflik di Darfur meletup sejak lima tahun lalu. Pembantaian etnis non-Arab ini telah menewaskan 300 ribu orang dan memaksa 2,7 juta lainnya mengungsi. Selain diperbudak, milisi memperkosa dan menyiksa tawanan mereka. Kaum wanita juga dipaksa menikah dengan milisi untuk mengurus rumah.
Seorang anak lelaki yang tidak disebutkan identitasnya bersaksi ia sering dipukuli secara rutin. Ia juga dipaksa bekerja di lahan pertanian. "Mereka memperlakukan saya dan anak lelaki lain sangat buruk. Mereka berulang kali mengatakan kami bukan manusia dan kami di sini untuk melayani mereka," katanya.
Seorang perempuan yang pernah diculik mengakui ia diperlakukan sebagai istri sewaktu malam dan sebagai budak pada siang. Ia diculik dari kamp pengungsian. "Kami bekerja tiap hari dan sepanjang pekan tanpa istirahat," ujarnya.
Pemerintah Sudan selalu membantah tudingan soal praktek perbudakan itu. Meski begitu, mereka mengakui penculikan selama perang saudara pada 1983-2005 yang menelan korban hingga 14 ribu orang.
Soal laporan konsorsium itu, pemerintah Sudan menolak berkomentar dengan alasan tidak ada gunanya. Juru bicara pemerintah juga tidak dapat dihubungi. Namun, seorang anggota parlemen yang tak mau disebutkan namanya mengakui penculikan sering terjadi belakangan. "Tentara menangkap banyak anak dan perempuan, menyembunyikan mereka di luar desa yang dibakar," katanya. (afp/ktp)