Jakarta, NU Online
Dakwah yang dilakukan oleh para dai selain mengusung masalah pemantapan ideologi dan ketekunan ibadah ritual, kini juga sudah mulai sering didengungkan tema dan isu kesalehan sosial yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan ekonomi umat melalui berbagai upaya sosial kemanusiaan yang konkrit.
Demikian sebagian dari hasil temuan riset dari Balitbang dan Diklat Kemenag (2011) pada aktivitas dakwah dari berbagai ormas keagamaan. Meskipun Metode dakwah, masih didominasi oleh cara-cara konvensional seperti ceramah, upacara selamatan lingkaran hidup dan proses pendidikan formal. Dalam kapasitas dan efektivitas yang masih terbatas, juga berkembang bentuk-bentuk dakwah melalui media cetak dan elektronik, serta aktivitas sosial keagamaan (bil-hal) seperti pengelolaan harta wakaf dan zakat produktif.
Dakwah juga bisa menjadi masalah atau konflik dalam masyarakat. Potensi konflik kegiatan dakwah bersumber dari wawasan keagamaan yang sempit dari pelaku dakwah, penyalahgunaan simbol-simbol keagamaan untuk kepentingan politik praktis kelompok atau individual, merebaknya budaya global yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan kearifan budaya lokal, dan tingkat kehidupan ekonomi masyarakat yang relatif rendah.
Sementara potensi integatif adalah peran para tokoh agama, masyarakat dan pemerintah selaku lambang pemersatu, menghindari masalah khilafiyah dan mengakomodasi kearifan lokal dalam berdakwah, tersedianya forum atau media silaturrahim umat serta kerjasama sosial kemanusiaan antarumat seperti yang dilakukan Lembaga Pengembangan Ekonomi Masyarakat (LPEM) bersama-sama dengan kelompok Muslim di Jawa Barat melalui usaha produksi air mineral Aquazam.
Sasaran penelitian adalah sejumlah ormas dan kelompok keagamaan Islam yang berkiprah di bidang dakwah, di tujuh wilayah, yaitu Mathlaul Anwar dan NU di Pandeglang, Banten – Persis, Muhammadiyah dan PUI di Bandung, Jawa Barat – Majlis Tafsir Alquran (MTA) dan kelompok Jamaah Muji Rosul (Jamuro) di Solo, Jawa Tengah – NU, Muhammadiyah dan Persis di Surabaya, Jawa Timur – Nahdlatul Wathan, Muhammadiyah dan Salafi, di Mataram, NTB – Al-Khairat, DDI, NU, dan Muhammadiyah di Palu, Sulawesi Tengah – dan Muhammadiyah, Perti, serta NU, di Padang, Sumatera Barat. (Mukafi Niam)