Cerpen FIKSIMINI #NUBERKURBAN

Berkurbanlah

Jumat, 18 Oktober 2013 | 13:00 WIB

Matahari telah tenggelam. Perlahan, gelap menghapus pendar jingga dari langit barat. Satu persatu pengeras suara masjid bersautan mengumandangkan takbir.
<>
Di malam besar menyambut hari raya Idul Adha ini, tiga pemuda berstatus mahasiswa tengah berkumpul di sebuah kamar kost.

“Kalian sudah pernah berkurban?” tanya Jabil membuka obrolan.

“Kenapa memang?” sambut Parto.

“Kalau orang ingin kaya, salah satu ritual halal yang bisa dijalankan adalah berkurban. Insya Allah hidupmu akan berkecukupan,” jawab Jabil.

Kedua temannya terheran-heran karena baru mendengar perihal tersebut. “Berkurban kok ngarepin kaya. Harus ikhlas. Kau kira Pesugihan?”  sanggah Bubby.

“Itu salah satu faedah berkurban. Ada cara haram atau sesat, yaitu memberi persembahan pada setan, adapula cara halal sesuai syariaat, yaitu berkurban. Ini ada dalilnya,” jawab Jabil.

“Kalau begitu, kasihan orang miskin nggak bakal cepat kaya karena nggak cukup uang untuk berkurban?” tanya Parto.

“Insya Allah bisa. Lagipula setahun sekali. Bisa nabung. Yang penting diniatin. Misal kamu pengen, dari sekarang niat, kalau punya duit sekian kamu akan berkurban. Insya Allah tercapai. Pernah ada kan, pemulung yang sanggup berkurban sampai jadi sorotan media?”

Bubby dan Parto terdiam. Ketiganya lebur dalam sautan takbir yang kian malam kian surut. Di benak masing-masing, berharap Pak RT datang mengirimkan kupon pengambilan daging kurban dari masjid terdekat. (MS Wibowo)


CATATAN REDAKSI: Menyambut hari raya Idul Adha, NU Online mengadakan perlombaan pantun, fiksimini dan foto. Lomba bertajuk “Cipta Kata dan Foto” tersebut diadakan di Twitter dan Facebook. Juara 1, 2, dan 3 dan beberapa naskah favorit fiksmini dimuat secara berkala. 

Berkurbanlah, adalah juara III atas nama MS Wibowo.