Cerpen: Annisa Ratna Pratiwi
Di tepi sebuah danau kecil, terdapat sebuah rumah sederhana yang terbuat dari kayu tua. Rumah itu adalah tempat tinggal Sasha, seorang gadis yang selalu merindukan kebahagiaan yang sejati. Setiap hari, Sasha duduk di teras rumahnya, memandangi gemerlap matahari terbenam, dan merenungkan arti sejati dari kebahagiaan.
Sasha adalah seorang yang cerdas dan introspektif. Dia sering membaca buku-buku filsafat dan psikologi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam dirinya. Salah satu tokoh yang sangat ia kagumi adalah Hamka, seorang pemikir yang bijaksana. Dari tulisan-tulisan Hamka, Sasha belajar bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu terletak pada hal-hal besar atau pencapaian gemilang.
Suatu hari, Sasha bertemu dengan seorang nenek tua yang ramah. Nenek itu sering duduk di teras rumahnya, sambil menikmati secangkir teh hangat. Mereka berdua sering berbincang tentang kehidupan, impian, dan tentu saja, tentang kebahagiaan.
"Kebahagiaan itu, Sasha..." kata nenek itu dengan lembut, "Terletak di dalam diri kita sendiri. Kita hanya perlu membuka mata dan hati untuk menyadarinya."
Kata-kata nenek itu menggugah Sasha untuk merenung lebih dalam. Dia menyadari bahwa selama ini, ia terlalu sibuk mencari kebahagiaan di tempat-tempat yang jauh, tanpa menyadari bahwa kebahagiaan telah ada di sekitarnya.
Sasha mulai mengubah cara pandangnya. Dia perlahan menghargai setiap momen kecil dalam hidupnya. Saat ia menyeduh secangkir kopi di pagi hari, ia merasa bahagia. Saat ia berjalan-jalan di tepi danau, merasakan angin sepoi-sepoi, ia merasa bahagia. Bahkan saat ia duduk di teras rumahnya, hanya menikmati keheningan, ia merasa bahagia.
Langit yang mulai memerah ketika matahari terbenam menyajikan pemandangan yang begitu elok. Sasha merenung tentang kata-kata bijak nenek tetangganya dan pemikiran-pemikiran yang pernah ia pelajari dari buku-buku yang dibacanya.
"Pengetahuan dan kesadaran..." gumam Sasha, memikirkan betapa pentingnya memiliki pemahaman yang dalam tentang diri dan dunia sekitarnya. Dia teringat kisah Nabi Adam yang turun ke bumi dengan ilmu dari Allah. Ilmu itu tidak hanya menjadi sumber kebahagiaannya, tetapi juga menjadi fondasi yang kokoh dalam menjalani hidup.
Namun, Sasha sadar bahwa tidak semua orang memiliki keistimewaan seperti Nabi Adam. Banyak orang mungkin tidak secemerlang dalam ilmu, tetapi tetap mampu menemukan kebahagiaan. Bagi mereka, jawabannya terletak pada pilihan-pilihan tindakan yang diambil.
"Tindakan-tindakan menyenangkan..." bisik Sasha, mengingat kata-kata itu. Meskipun tidak selalu menjadi fokus utama, tindakan-tindakan yang menyenangkan dapat membawa kebahagiaan sesaat. Sasha tersenyum, mengingat momen-momen kecil dalam hidupnya yang membuatnya bahagia: senyum anak kecil di tepi danau, suara riang burung-burung di pagi hari, atau sekadar bersantai di teras rumahnya sambil menikmati secangkir teh hangat.
***
Suatu pagi, Sasha memutuskan untuk mengajak nenek tetangganya berjalan-jalan di tepi danau. Mereka berdua berjalan perlahan, menikmati keindahan alam di sekeliling mereka. Ketika mereka tiba di sebuah pohon besar yang rindang, Sasha melihat ekspresi wajah neneknya yang begitu bahagia.
"Nenek, apa yang membuatmu begitu bahagia?" tanya Sasha, ingin belajar lebih banyak tentang rahasia kebahagiaan yang dimiliki nenek.
Nenek itu tersenyum lembut. "Kebahagiaan, Sasha, adalah tentang bagaimana kita menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan penerimaan. Bahagia itu sederhana, tapi mampu membuat hati kita menjadi ringan."
Sasha mendengarkan dengan seksama, merenungkan kata-kata nenek. Dia menyadari bahwa kebahagiaan sejati bukanlah sesuatu yang sulit dicapai. Ia telah menemukan kunci-kunci menuju kebahagiaan dalam dirinya sendiri: pengetahuan dan kesadaran, penerimaan, serta tindakan-tindakan yang menyenangkan.
Dari situlah, Sasha belajar bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu terletak pada pencapaian besar atau pencarian yang jauh. Kebahagiaan sejati adalah tentang bagaimana kita menjalani setiap momen dengan penuh kesadaran, penerimaan, dan tindakan-tindakan yang membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. Dan itulah yang membuatnya merasa begitu kaya dalam kebahagiaan, di dalam rumah kayu tua di tepi danau kecil itu.
Tetapi kebahagiaan sejati bagi Sasha tidak hanya terletak pada kesadaran akan keberadaannya. Dia juga belajar bahwa menerima diri sendiri dan kondisi jiwa adalah kunci utama menuju kebahagiaan yang sejati. Sasha mulai menerima dirinya apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
***
Suatu hari, ketika sedang bersantai di teras rumahnya, Sasha melihat seorang anak kecil yang sedang menangis di tepi danau. Tanpa ragu, Sasha menghampiri anak itu dan menawarkan bantuannya. Dengan senang hati, Sasha membantu anak itu menemukan ibunya yang terpisah di keramaian. Ketika anak itu tersenyum bahagia, Sasha merasa hatinya hangat.
Dari pengalaman itu, Sasha menyadari bahwa kontribusi kepada kebaikan juga merupakan salah satu kunci menuju kebahagiaan sejati. Kebahagiaan bukan hanya tentang menerima, tetapi juga memberi.
Dengan penuh kesadaran, penerimaan, dan kontribusi kepada kebaikan, Sasha akhirnya menemukan kebahagiaan yang sejati di dalam dirinya sendiri. Kebahagiaan sejati ada di sini, di antara kita, dalam setiap momen yang kita miliki.
Ditemani suara jangkrik yang merdu, Sasha duduk dengan tatapan tertuju pada gemerlap bintang di langit malam. Pikirannya melayang jauh, memikirkan beragam sudut pandang tentang kebahagiaan. Salah satunya adalah dalam konteks psikologi barat, di mana kesenangan dianggap sebagai salah satu aspek penting dari kebahagiaan.
"Durasi kesenangan yang bervariasi..." bisik Sasha sendiri, mengingat kata-kata yang pernah ia pelajari dari buku-buku psikologi. Kesenangan bisa datang dalam bentuk yang singkat, seperti saat menikmati makanan lezat, atau dalam bentuk yang tak terbatas, seperti saat merawat orang yang membutuhkan atau memberikan sumbangan bagi mereka yang kurang beruntung. Dan di tengah-tengah itu semua, kebahagiaan sejati adalah ketika kita mampu berkontribusi pada kebaikan tanpa pamrih.
Namun, pandangan Sasha tidak hanya terbatas pada psikologi barat. Dia juga memikirkan tentang konsep kebahagiaan dalam konteks agama. Baginya, keikhlasan adalah kunci utama dalam mencapai kebahagiaan yang abadi dan tak terbatas. Ketika seseorang mampu merelakan dirinya untuk berbuat baik tanpa mengharapkan balasan, ketika seseorang mengikuti jalan yang diridhai Allah, itulah saat kebahagiaan sejati akan menyelimuti hatinya.
"Dengan demikian..." gumam Sasha, menggabungkan berbagai pemahaman yang pernah ia pelajari, "Kebahagiaan bukanlah sekadar pencapaian besar, tetapi terletak pada pemahaman, penerimaan, dan kontribusi kita dalam hidup sehari-hari."
Sasha tersenyum puas, merasa bahwa ia semakin mendekati pemahaman yang lebih dalam tentang kebahagiaan. Dia tahu bahwa perjalanan menuju kebahagiaan sejati tidak akan pernah berakhir, tetapi setiap langkah kecil yang ia ambil akan membawanya lebih dekat kepada kedamaian yang dicarinya.
Dan di malam itu, di teras rumahnya yang sederhana di tepi danau kecil, Sasha merasakan kehangatan dalam hatinya. Dia tahu bahwa kebahagiaan sejati telah menyelimutinya, dalam setiap embusan angin malam, dalam setiap bintang yang berkelap-kelip di langit, dan dalam setiap detik kehidupan yang ia jalani dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.
Annisa Ratna Pratiwi menyukai cerita pendek sejak remaja. Membaca dan menulis cerita pendek bukanlah sekadar hobi, melainkan sebuah perjalanan yang membawa kedamaian dan inspirasi. Penulis tinggal di Kebon Jeruk, Jakarta.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
3
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua