Cerpen Cerpen Fafa

Semir Rambut Bu Nyai

Senin, 19 November 2012 | 06:15 WIB

Kesempatan keluar pondok tak selalu ada. Sekalinya ada kesempatan, Ova memanfaatkannya baik-baik.  Bukan ke pasar atau ketemu sama pacar yang teramat sangat terlarang. Akan tetapi dia pergi ke mini market dekat pondok. Mencari apa? Semir rambut. 
<>
“Keren keren…” komentar teman Ova saat melihatnya sembunyi-sembunyi memakaikan pada rambutnya yang cepak.  Light brown.

Awalnya cuma satu orang yang tahu. Lama kelamaan beberapa anak yang tidak terlalu junior tapi senior tanggung, mengetahuinya dan ikut-ikutan.

“Cak Lukman. Cak, nitip semir rambut opoo. Koyok iki yo. Limo. (Cak, nitip beli semir rambut. Yang seperti ini ya. Lima ya.)” Kata salah seorang santri pada Lukman yang menghidupi dirinya di pondok dengan bantu-bantu belanja dan kadang masak. 

Karena sering bersepeda keluar masuk pondok putri, jadi anak-anak kenal dan tahu.

Nang di tukune? (di mana belinya?)”
Nang mini market cedhak-e wartel prapatan kae lo. (Di mini market dekatnya wartel di perempatan itu loh).”  

Cak Lukman yang baik, iya iya aja dimintai tolong. 

Pada saat mau memakai, ada yang ragu-ragu. “Oleh gak tho? (boleh gak sih pakai ini?)” Ragu di pikiran, yakin di tindakan sambil terus memoles di depan cermin kecil.

Mbuh. Tapi wingi kae aku weruh Bu Nyai jambule semiran kok (Gak tau ya. Tapi kemarin ku lihat jambul-nya Bu Nyai juga bersemir.)” Kali ini yang membenarkan adalah pengurus pondok.

Terngiang wajah Bu Nyai dan jambul bersemir, “Cah, nek kepingin terus sekolah, bapak ibune jo lali didongakne…. (Anak-anak, kalau ingin terus belajar, bapak ibunya jangan lupa didoakan…)

Karena merasa punya dalih beberapa anak memakainya secara agak terang-terangan hingga akhirnya terdengar ke Bu Nyai dan mereka semua dipanggil ke ndalem. Beberapa santri dan pengurus pondok.

“Ceritanya bagaimana kok begini?” Ova pun salang tingkah karena semua pada melihat ke arahnya. 

Niku, Bu Nyai. Kepingin kados Bu Nyai. (Itu, Bu Nyai. Ingin seperti Bu Nyai)” Jawab salah seorang dari mereka, yang agak polos tapi sedikit diplomatis, sambil menunjuk ujung dahi.

Bu Nyai pun tertawa.

Barulah dijelaskan kalau semir rambut punya Bu Nyai adalah semir rambut khusus yang tembus air dan pokoknya boleh digunakan. Semua pun cengar-cengir. Kini santri-santri bersemir light brown, dark purple, maroon, dan sebagainya membersihkan kamar mandi pondok bersama sebagai takzir. 

Berkahnya, minimal mereka jadi tahu bagaimana agar bisa seperti Bu Nyai.