Ketua PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin saat memberikan tausiyah dalam Istigotsah dan Peringatan Nuzulul Qur’an di aula kantor PCNU Jember. (Foto: NU Online/Aryudi AR)
Aryudi A Razaq
Kontributor
Ujian atau musibah selalu datang menghampiri hidup manusia. Pandemi Covid-19 merupakan salah satu ujian yang membawa petaka bagi bangsa Indonesia bahkan dunia. Tidak hanya merenggut jiwa, tapi perekonomian tersendat karenanya. Namun tidak perlu panik, justru dalam kondisi seperti ini manusia dianjurkan minta tolong kepada Allah melalui sabar dan shalat.
Selain berusaha dengan cara-cara medis sebagaimana lazimnya, minta tolong kepada Allah melalui ‘fasilitas’ bersabar dan shalat, merupakan kunci penting untuk mengusir Covid-19.
“Allah menganjurkan dalam ayat Al-Qur’an bahwa wasta’inu bis sobri was shalah. Minta tolonglah dengan bersabar dan shalat,” ucap Ketua PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin saat memberikan tausiyah dalam Istigotsah dan Peringatan Nuzulul Qur’an di aula kantor PCNU Jember, Jawa Timur, Sabtu (9/5) malam.
Menurutnya, ada dua makna sabar dalam ayat tersebut. Pertama, sabar dalam pengertian mengendalikan emosi saat menghadapi musibah atau ujian. Sabar karena yakin bahwa musibah datangnya dari Allah. Sehingga ia pasrah kepada Allah dengan kesabarannya.
Kedua, sabar bermakna puasa. Hal ini disandarkan pada hadits bahwa puasa adalah separuhnya sabar, dan sabar separuhnya iman.
“Sabar ya dalam arti yang biasa kita pahami selama ini, dan sabar dengan cara berpuasa,” tambah Gus Aab, sapaan akrabnya.
Sedangkan shalat di dalam ayat tersebut juga mempunyai makna dua. Pertama, shalat dalam pengertian yang konvensional, yaitu melakukan ibadah shalat sebagaimana yang biasa dilakukan selama ini. Kedua, shalat dengan arti harfiyah, yaitu berdoa kepada Allah.
“Kalau kita kumpulkan berarti semuanya ada empat makna (hal), dan keempat-empatnya betul. Tidak perlu dicari mana yang benar. Sebab untuk menghadapi ujian, kita minta tolong kepada Allah dengan keempat makna itu, yakni bersabar, puasa, shalat dan berdoa,” urainya.
Di bagian lain, Gus Aab menekankan pentingnya memperingati Nuzulul Qur’an dan hari-hari besar Islam adalah untuk mengembalikan spirit awal saat peristiwa itu terjadi. Katanya, memperingati Nuzulul Qur’an tidak lain adalah untuk menggugah semangat umat Islam agar kembali kepada cara yang benar sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah dan salafunas shaleh untuk bermu’amalah dan berinteraksi dengan Al-Qur’an secara tepat, benar, dan proporsional.
Menurutnya, berinteraksi dengan Al-Qur’an secara baik, utamanya di bulan Ramadhan, yaitu memperbanyak membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah tilawah, memahami Al-Qur’an dengan cara dan metodologi yang tepat, seperti yang diajarkan oleh para ahlinya, dan mengamalkan isi dan kandungan Al-Qur’an.
“Dengan demikian semangat memperingati Nuzulul Qur’an adalah semangat kita kembali untuk memperlakukan Al-Qur’an secara baik, tepat dan benar sesuai dengan hak-hak yang dimiliki Al-Qur’an,” pungkasnya.
Acara tersebut disiarkan langsung oleh stasiun televisi lokal untuk menghindari kerumunan pengunjung. Di lokasi acara, hanya ada beberapa kiai dan pengurus NU yang hadir, itupun tetap mengindahkan physical distancing.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua