94 Tahun NU, Nahdliyin Bengkulu Respons Permasalahan Umat
Sabtu, 1 Februari 2020 | 08:00 WIB
NU selalu hadir diberbagai penyelesaian persoalan bangsa. Kala itu, era orde baru, terkesan otoritarianisme. NU dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) hadir dengan semangat ‘pembebasan’. Kran keterbukaan dan kemerdekaan dalam berdemokrasi adalah visi utama perjuangan. Hingga reformasi dari jilid satu hingga kini memasuki jilid dua, NU terus menjaga pondasi keutuhan bangsa.
Semangat kebangsaan NU sebagaimana tersebut di atas, juga menjadi semangat perjuangan bagi pengurus di berbagai wilayah. Salah satunya, NU Bengkulu konsisten menjaga fikrah, amaliah, dan harakah di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal itu setidaknya dibuktikan dengan NU Bengkulu merespon isu dan persoalan yang mencuat belakangan ini. Seperti ditegaskan oleh Ketua PWNU Bengkulu, KH. Zulkarnain Dali saat memberikan sambutan pada acara Lailatul Ijtima’, Kamis (30/1).
Rabu pekan depan (5/2), Presiden beserta keluarga besar Bung Karno dan Ibu Fatmawati diagendakan tiba di Bengkulu. Salah satu agendanya, peresmian ‘Monumen Fatmawati’. Sejak perencanaan hingga penggarapan akhir, telah menimbulkan kontroversi di masyarakat. Sebagian pihak mempermasalahkan, bahkan meminta untuk dirobohkan.
"Terminologi patung yang dikenal di dunia Islam, antara lain al-‘asnam, al-ausan, al-anshab, at-tamsil, dan al-Banna). Itu patung tidak seperti berhala. Itu (Patung Fatmawati), dibangun oleh pematung, dengan perspektif keilmuan seni pahat dan seni rupa. Ia berfungsi sebagai monumen tazkirah (pengingat). Karenanya, pengelola monumen Fatmawati harus mencantumkan narasi historis tentang hal-hal berkaitan dengan perjuangan Fatmawati," ungkapnya saat mengisi tausyiah pada acara lailatul ijtima’.
Menurut Rohimin, Monumen Fatmawati selain menjadi media pembelajaran sejarah. Juga akan menjadi salah satu daya tarik pariwisata. Keberadaannya sama fungsinya seperti patung Bung Karno dan Bung Hatta di Bandara Soekarno-Hatta. Juga seperti patung Jenderal Sudirman di Jakarta. Justru, menurut Rohimin, monumen Fatmawati akan berfungsi seperti ‘Rumah Belajar’ di Yogjakarta.
"Seluruh keluarga besar NU dalam momen Harlah ke-94, menjadi tonggak bagi kita, memupuk rasa kebersamaan. Sekaligus, menjadikan kita merasa memiliki rumah besar NU sebagai wadah mengabdi dan berkontribusi untuk negeri. Menjaga dan merawat NKRI. Lailatul ijtima' sebagai media silaturrahim dan komunikasi Nahdhiyin. Karenanya, mari terus kita lakukan tradisi ini. Lailatul ijtima' adalah ruh spritual dan batiniyah warga NU," ujar Guru Besar di IAIN Bengkulu pada aacara yang berlangsung di Masjid al-Huda Kota Bengkulu.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua