Lontong Tuyuhan, Makanan Khas Warga Rembang saat Lebaran Idul Fitri
Senin, 31 Maret 2025 | 06:00 WIB
Ayu Lestari
Kontributor
Rembang, NU Online
Berkumpul bersama keluarga kurang lengkap rasanya jika tidak ada sajian makanan untuk disantap. Lontong Tuyuhan, menjadi salah satu makanan khas Rembang yang ada saat hari Raya Idul Fitri.
Lontong Tuyuhan, memiliki rasa khas yang memikat, tidak seperti sayur opor pada umumnya, lontong Tuyuhan mempunyai rasa gurih, pedas dari bahan-bahan seperti dari kemiri, jinten, dan bawang. Perpaduan bahan itulah yang membuat siapapun menjadi ketagihan untuk melahapnya. Bentuk lontongnya pun unik, berbentuk segitiga dengan ukuran yang lumayan besar untuk 1 porsi.
Umar, pedagang lontong Tuyuhan mengaku, saat lebaran, ia bisa sampai membuat lontong sebanyak 5.000 buah dan 3 bakul sayur opor dengan tempe rebus dan jeroan ayam kampung, "Kalau hari-hari biasa tidak sebanyak itu, tapi kalau pas hari lebaran, segitu saja kadang masih kurang-kurang sangking banyaknya orang yang mampir ke sini," ucap Umar saat menyiapkan lontong Tuyuhan kepada pembeli pada, Ahad (30/3/2025).
Baca Juga
Tradisi Lebaran Ketupat ala Jakarta
Selama masa lebaran, Umar buka setiap pagi hingga malam pukul 18.00 WIB. "Ramai-ramainya pas malam takbiran, sampai besok habis shalat ied," tambahnya.
Umar mengaku, keuntungan yang ia raih selama bulan Syawal mencapai Rp 412.500 per hari.
"Harganya bervariasi. Kalau lontong ditambah ayam saja harganya Rp 27.500, sementara kalau lontong tambah ayam sama tempe atau tahu Rp 29.000, tapi kalau cuma pesan ayam opornya saja Rp 21.500," jawab Umar.
Permintaan yang membludak saat lebaran membuat penjual mengalami keuntungan yang sangat banyak. "Disyukuri saja, kalau habis semua Rp 1 juta lebih tembus," lanjutnya.
Nama Lontong Tuyuhan sendiri diambil dari kata tuyuhan, salah satu desa yang ada di Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang. Tepatnya di sebelah gapura masuk Desa Tuyuhan.
Selain itu, keunikan Lontong Tuyuhan juga ada pada sisi filosofisnya, menurut Husein, pedagang es kelapa muda menjelaskan, masakan ini mempunyai simbol budaya, agama, dan pendidikan.
"Menariknya di sini dari bentuk segitiga lontongnya. Itu menjadi gambaran adanya tiga prinsip dalam kehidupan, yakni budaya atau sejarah, agama, dan pendidikan. Di situ kita diajarkan dan itu yang jadi acuan kita selama ini,” tutur Husein.
Masyarakat Desa Tuyuhan berkeyakinan, tiga prinsip tersebut akan selalu melekat pada seseorang yang memahami bagaimana budaya/sejarah, agama, serta pendidikan itu teramat penting bagi manusia.
Terpopuler
1
Ketum GP Ansor Hadiri Haul Ke-57 Guru Tua, Perkuat Ukhuwah dan Dakwah Moderat
2
Haul Akbar 1 Abad Syaikhona Kholil, Menghidupkan Warisan Pemikiran untuk Pedoman Masa Depan
3
Hasil Seleksi Calon Petugas Haji 2025 Diumumkan, Peserta Siap Ikuti Bimtek pada 14 April
4
Kiai Zulfa Ungkap Syekh Nawawi al-Bantani Guru Utama Syaikhona Kholil Bangkalan
5
Arab Saudi Setujui Tambahan Kuota Petugas Haji Indonesia 2025
6
Kemenag Sebut Tambahan Kuota Petugas Haji 2025 Sebetulnya Menormalkan Kuota
Terkini
Lihat Semua