Cirebon, NU Online
Terdapat tiga tahap kesadaran yang harus dimiliki seorang kader. Pertama, sadar bahwa dirinya sebagai warga NU. Kedua, sadar sebagai aktivis organisasi. Ketiga, sadar posisi di dalam organisasi.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Bidang Kaderisasi Pengurus Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Barat, Hasan Malawi. Pandangan disampaikan pada kegiatan Latihan Kader Utama (Lakut) PW IPNU yang berlangsung di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat, Jumat (4/5).
“Kesadaran pertama sebagai warga NU itu merupakan kesadaran paling awal yang harus dimiliki seorang kader IPNU,” katanya. Kemudian kesadaran sebagai aktivis organisasi adalah sadar bahwa usianya, misalnya masuk dalam nomenklatur IPNU, berarti harus sadar dengan keterlibatannya dalam organisasi, lanjut Gus Hasan, sapaan akrabnya.
Kamis-Ahad (3-6/5).
Selain itu, lanjut Gus Hasan, seorang kader juga mesti sadar posisinya di dalam organisasi. Tahapan ini sangat penting karena sebagian besar kader IPNU tidak sadar posisi sehingga mampu berbuat dan melakukan sesuatu untuk organisasi. “Misal, punya posisi sebagai ketua cabang, maka wajib hukumnya mengetahui ihwal apa yang akan dilakukannya sebagai pemimpin,” jelasnya.
Dan ketiga tahapan itu harus dilakukan secara serius. “Jadi, kesadaran itu dibangun sehingga akan menentukan proses kreatif. Namun, kesadaran ini tidak hanya berlandaskan soal ghirah dan semangat, lanjutnya.
Pria kelahiran Kabupaten Cirebon ini menambahkan, semangat harus diisi dengan ilmu pengetahuan. Seperti kader IPNU di Jawa Barat dan alumni Latihan Kader Muda (Lakmud, jenjang pengkaderan kedua Mereka semua mesti melek terhadap bacaan yang menjadi pemantik daya topang literasi. “Namun, hal itu belum tergarap dengan sempurna,” katanya pada kegiatan yang berlangsung sejak Kamis hingga Ahad (3-6/5) tersebut..
Dalam pandangannya, setelah kader matang dan punya disiplin dalam membaca dan ilmu pengetahuan, maka akan menentukan potensi atau talenta diri. Contoh, kader yang konsen di ilmu eksakta akan menjadi ilmuwan di kemudian hari. Ada kader yang konsen di filsafat atau apa pun yang penting punya pemahaman soal betapa pentingnya membaca. “Karena bahan bacaan akan menentukan potensi diri masing-masing,” kata alumni Pondok Pesantren Cidahu, Pandeglang, Banten ini.
Tak hanya itu, Gus Hasan juga menambahkan bahwa di dalam IPNU harus memberdayakan forum dialektika. “Hal tersebut juga berkenaan dengan iklim yang diciptakan dalam Lakut kali ini. Bahwa kaderisasi tidak dilakukan dengan satu arah yang hanya menitikberatkan kepada pengisi materi saja,” tegasnya.
Dialektika akan menciptakan pencerahan. Semuanya harus saling bergesekan dan bersinggungan. Ini yang membedakan alumni Lakmud dan Lakut. Karena usai Lakut nanti, seorang kader akan mempunyai kualitas secara personal. “Ketika ada kader yang lemah di bahan bacaan, maka ketika ada dialektika dalam tubuh organisasi akan menjadi pelengkap satu sama lain,” jelasnya.
Menulis Sejarah Diri
Di akhir paparan, Gus Hasan menginstruksikan seluruh peserta Lakut membuat tulisan mengenai perjalanannya selama ber-IPNU. Lakut ini akan membuat seorang kader menghargai prosesnya. Bahwa proses tidak pernah mengkhianati hasil.
“Semua itu butuh sejarah. Kadang, semangat ber-IPNU hanya dilihat dari kesuksesan orang lain. Itu terlampau jauh. Kita harus menghargai proses dan menghargai sejarah dalam diri sendiri selama di IPNU,” ungkapnya.
Menurutnya, setiap orang pasti pernah mengalami masa susah dan senang. Hal yang paling dekat, misalnya, banyak peserta Lakut yang datang dengan susah payah. Dari mulai tidak ada biaya transportasi hingga permasalahan internal. Bahkan, ada yang ingin mengikuti proses di Lakut tapi tidak kesampaian karena bentrok dengan jadwal kegiatan lain.
“Lakut akan menjadi satu hal yang sangat penting karena ketika mengikuti forum kaderisasi, dia harus melebur. Dia juga harus mendamaikan dirinya sendiri. Mendamaikan berarti keluar dari semua ego yang ada dalam diri,” pungkas pria yang mengaku berproses di IPNU sejak tahun 2011 ini.
Latihan Kader Utama bertema Menempa Kader Utama, Menyiapkan Pemimpin Bangsa dihadiri 37 peserta yang mewakili 13 pengurus cabang, dari total 27 cabang se-Jabar. Selain itu, hadir pula Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU Asep Irfan Mujahid, Ketua PW IPNU Jabar masa khidmat 2011-2014 Acep Komarudin Hidayat Susanto, dan Ketua PW IPNU Jabar masa khidmat 2015-2017 Amin Fajri. (Aru Elgete/Ibnu Nawawi)