Ansor di Batang Jateng Refleksikan Kisah dan Pemikiran Gus Dur Lewat Diskusi Buku
Selasa, 31 Desember 2024 | 22:15 WIB
Diskusi buku Membincang Gus Dur: Sebuah Catatan Reflektif. Senin (30/12/2024) di Kedai Tak Selesai, Plumbon, Limpung, Batang, Jawa Tengah. (Foto: M Asrofi)
Muhammad Asrofi
Kontributor
Batang, NU Online
Memperingati Haul Ke-15 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Gerakan Pemuda Ansor Plumbon, Batang, Jawa Tengah menggelar diskusi buku bertajuk Membincang Gus Dur: Sebuah Catatan Reflektif. Acara ini bertujuan menggali lebih dalam kisah inspiratif serta pemikiran Gus Dur yang memberikan pengaruh besar bagi banyak kalangan.
Pemateri utama dalam diskusi ini, Zaimuddin Ahya' atau Gus Zaim, penulis buku Membaca Gus Dur: Sebuah Catatan Reflektif, menyoroti pandangan Gus Dur sebagai sosok yang membuka diri terhadap ilmu pengetahuan tanpa kehilangan jati diri kesantriannya.
"Gus Dur adalah role model bagi kita. Ia tumbuh dengan tradisi pesantren, namun tetap mampu membaca, bergaul, dan memahami dunia di luar pesantren," ungkap Gus Zaim dalam diskusi yang berlangsung Senin (30/12/2024) di Kedai Tak Selesai, Plumbon, Limpung, Batang, Jawa Tengah.
Menurut Gus Zaim, Gus Dur tidak hanya mempelajari kitab-kitab kuning yang menjadi tradisi pesantren, tetapi juga buku-buku dari berbagai pemikir di luar lingkup keilmuan pesantren. Hal ini tidak menjadikan Gus Dur kehilangan nilai-nilai kesantriannya, justru memperkuat kemampuannya untuk mengkontekstualisasikan ajaran pesantren dalam menghadapi tantangan zaman.
"Karena tidak dipungkiri kitab-kitab kuning yang kita pelajari itu di tulis sekian abad yang lalu. Tentu butuh lompatan ketika kita sudah paham butuh kontekstualisasi. Artinya, kita juga butuh membaca realitas terkini," ujarnya.
"Misalnya kita tidak bisa menghukumi artificial intelgent (AI) atau Meta secara fiqih itu bagaimana. Kalau kita tidak mendalami AI dulu kan tidak mungkin. Jadi kita tidak bisa membuat justifikasi dulu sebelum kita tahu apa yang akan kita justifikasi," katanya.
Gus Zaim juga menyoroti pendekatan Gus Dur yang dialogis dan kritis, termasuk dalam memahami pemikiran Barat. Salah satu contohnya adalah penolakannya terhadap teori Clash of Civilizations karya Samuel Huntington, yang memprediksi benturan antara peradaban Islam dan Barat.
"Menurut Gus Dur, Islam dan Barat tidak harus saling berhadapan. Mereka bisa bekerja sama dalam isu-isu universal seperti kemanusiaan dan keadilan,” jelas Gus Zaim.
Ia menekankan bahwa Gus Dur kerap mengutip berbagai sumber dalam tulisannya, mulai dari ayat-ayat Al-Qur'an hingga teori-teori filsafat, namun tetap bersikap kritis terhadap pemikiran tersebut.
"Setiap orang berhak membaca Gus Dur dari perspektifnya masing-masing," pungkas Gus Zaim, yang juga pengurus Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Batang.
Warisan Nilai Gus Dur
Muhammad Autad An Nasher, dosen Sekolah Tinggi Islam Kendal (STIK) turut hadir menyatakan bahwa Gus Dur adalah sosok yang tidak pernah kehilangan relevansinya untuk diperbincangkan, bahkan bertahun-tahun setelah kepergiannya.
Menurutnya, nilai-nilai yang diwariskan oleh Gus Dur masih sangat kontekstual dan mampu menjadi pedoman hidup bagi masyarakat di berbagai lapisan. Dalam diskusi tersebut, ia menyoroti sembilan nilai utama yang menjadi warisan Gus Dur, yaitu Ketauhidan, Kemanusiaan, Keadilan, Kesetaraan, Pembebasan, Kesederhanaan, Persaudaraan, Kesatriaan, dan Kearifan Lokal.
"Nilai-nilai ini bukan sekadar konsep, melainkan pedoman yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang mengaku sebagai pecinta Gus Dur, maka cara terbaik untuk menunjukkan kecintaannya adalah dengan mengamalkan nilai-nilai tersebut,” jelasnya.
Jejak Peran Gus Dur
Hamam Nasrudin, Wakil Sekretaris Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Batang, menyoroti peran besar Gus Dur selama 20 bulan menjabat sebagai Presiden Indonesia.
“Kita bisa merasakan kebebasan, demokrasi, dan stabilitas yang kita nikmati hari ini tidak lepas dari kontribusi Gus Dur,” kata Hamam.
Ia juga mengingatkan bahwa Gus Dur sering dikritik karena pemikirannya yang melampaui zamannya. “Kunjungan luar negeri beliau yang dulu dikritik, kini terbukti bermanfaat dalam mempertahankan integritas dan stabilitas Indonesia,” kata Hamam.
Hamam menekankan pentingnya meneladani Gus Dur dalam sikap skeptis, cinta ilmu, dan anti-kekerasan. “Forum seperti ini harus terus dihidupkan untuk meneruskan perjuangan Gus Dur,” ajaknya.
Menghidupkan Warisan Gus Dur
Diskusi ini menegaskan bahwa membaca karya Gus Dur adalah langkah awal untuk memahami dan meneladani pemikiran beliau. Buku Membaca Gus Dur: Sebuah Catatan Reflektif karya Gus Zaim menjadi jembatan bagi generasi muda untuk mendalami sosok Gus Dur.
“Teladani Gus Dur dengan membaca dan mendiskusikan pemikirannya,” tutup Hamam.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mengawali Tahun Baru dan Rajab dengan Peningkatan Spiritual
2
Menggabungkan Puasa Rajab dengan Qadha Ramadhan
3
Khutbah Jumat: Keistimewaan Rajab sebagai Bulan yang Dimuliakan
4
Apa Itu OCCRP dan Bagaimana Mereka Memilih Orang Paling Korup Sedunia?
5
3 Hadits Ini Tegaskan Anjuran Perbanyak Puasa di Bulan Rajab
6
Tahun Baru 2025, Ketum PBNU: Koreksi Kesalahan, Persiapkan Masa Depan
Terkini
Lihat Semua