Daerah

Banjir Rob di Pekalongan Utara, Warga NU kesulitan Jalankan Ibadah

Kamis, 24 Mei 2018 | 03:30 WIB

Banjir Rob di Pekalongan Utara, Warga NU kesulitan Jalankan Ibadah

Salah satu masjid milik NU di Pekalongan Utara terkena genangan rob (foto: istimewa)

Pekalongan, NU Online 
Ketinggian banjir rob yang menggenangi hampir sebagian besar wilayah utara Kota Pekalongan, terpantau semakin tinggi. Selain ketinggian air yang terus bertambah, dampak banjir juga semakin meluas karena menyentuh beberapa wilayah yang sebelumnya tak pernah terkena banjir rob. 

Akibat dari kondisi rob, sebagian besar Masjid dan Mushalla di Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan tidak bisa digunakan untuk kegiatan shalat berjama'ah yang mayoritas dihuni warga nahdliyyin. 

Banjir rob yang terjadi Rabu (23/5) sore hingga malam hari, dilaporkan menjadi yang paling besar dibandingkan sebelumnya.

Camat Pekalongan Utara, Yos Rosyidi, saat dikonfirmasi menyatakan, banjir rob pada Selasa dan Rabu memang lebih tinggi dari sebelumnya. 

Hampir seluruh kelurahan di wilayah Pekalongan Utara, lanjut Yos, terendam banjir rob kecuali wilayah Degayu. Kondisi demikian, sudah terjadi sejak awal Mei. Setiap sore hingga malam hari, banjir rob hampir selalu terjadi.

"Setiap hari mulai sore selalu terjadi banjir rob. Hari ini jadi yang terparah," tambahnya.

Salah satu warga Padukuhan Kraton, Agus Riyanto, juga menyatakan hal serupa. Bahkan ketinggian banjir rob kali ini lebih besar dibandingkan kejadian banjir 1 Desember lalu. 

"Ini lebih besar. Di Pabean, hampir semua wilayah tertutup air. Ketinggiannya mencapai setengah meter," tutur Agus.

Ia menyatakan sejak awal Mei rob selalu terjadi setiap hari. Kondisi demikian, dikatakan Agus mengganggu aktivitas warga dalam menjalankan ibadah puasa. 

"Beberapa malam shalat tarawih di tempat saya diliburkan. Karena mushalla yang paling tinggi, yang lebih tinggi dari rumah-rumah warga pun sudah terendam air. Sejak sore saat ada pengajian di mushalla juga dibubarkan karena banjir rob sudah masuk ke mushalla," ujarnya.

Dikatakan, warga juga harus menjalani santap sahur di tengah kondisi rob. Itupun, bagi warga yang masih bisa memasak makanan. "Tidak tahu bagaimana nanti warga saat sahur jika kondisinya terus demikian," tambahnya.

Kondisi yang sama dirasakan warga di Kelurahan Krapyak. Salah satu warga, Adi Sujadi menyatakan, bahwa saat ini hampir 50 persen wilayah Krapyak tergenangi banjir rob. 

"Hampir 50 persen terkena banjir. Misalnya untuk RW 16, dimana ada lima RT 90 persen sudah tergenangi rob. Kemudian di RW 15 ada empat RT yang juga tergenang serta RW 17 hampir seluruhnya sudah masuk," ungkapnya.

Pria yang juga Ketua Karang Taruna Krapyak tersebut menyatakan, kondisi tersebut jelas mengganggu kegiatan warga, terutama selama bulan puasa. 

"Aktifitas ibadah terganggu, utamanya saat tarawih. Warga harus melintasi genangan banjir karena akses jalan di sebagian Krapyak sudah terendam. Bahkan di gang 5 atau RW 17, warga tidak bisa tarawih berjamaah karena mushalla terendam," tandasnya. (Nisa/Muiz)