Mojokerto, NU Online
Banyak kalangan mempertanyakan hadits perpecahan umat Islam menjadi 73 golongan. Satu sisi ada hadits yang menyatakan bahwa yang selamat itu satu golongan, sedangkan di hadits lain menyatakan bahwa yang selamat 72 golongan dan yang masuk neraka adalah satu golongan.
Pertanyaan serupa mengemuka pada bedah buku Argumen Ahlussunah wal Jamaah. Kegiatan digelar di kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (16/7).
Terhadap pertanyaan salah seorang peserta tersebut, Ustadz Yusuf Suharto menyampaikan bahwa Imam al-Ghazali dan Imam as-Syahrastany menyebut bahwa yang selamat adalah Ahlussunah wal Jamaah atau Aswaja.
"Dalam kitab al-Milal wan Nihal karya Imam Syahrastany dan Iljamul Awam 'an Ilmil Kalam karya Imam al-Ghazali disebutkan hadits prediksi Rasulullah bahwa akan ada perpecahan umat dan yang selamat adalah Ahlussunah wal Jamaah," kata narasumber pembanding pada kegiatan tersebut.
Kemudian, kedua hadits yang seolah bertentangan itu sudah dijawab oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Faishalut Tafriqah. Bahwa kedua hadits yang ada bisa dikompromikan.
"Kedua hadits yang seolah bertentangan ini sama-sama disebut oleh Imam al-Ghazali dan dinyatakan bahwa mungkin saja semua riwayatnya itu shahih,” jelas tim peneliti aliran Islam dari PW Aswaja NU Center Jatim ini,
Sehingga dalam pandangan mahasiswa program doktor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tersebut, maksud hadits bahwa yang celaka itu satu adalah kaum zindik dan kekal di neraka. “Adapun maksud hadits lain bahwa yang selamat itu satu adalah kaum Muslimin yang masuk surga tanpa hisab,” jelasnya.
Dalam pandangannya, hadits ini perlu dimaknai kembali untuk persatuan umat Islam. Bahwa seluruh umat Islam masuk surga. Adapun yang akidahnya salah, maka akan masuk neraka dulu namun kemudian masuk surga. “Adapun yang masuk neraka selamanya itu adalah satu golongan zindik, yaitu yang melahirkan keimanan tapi dalam hatinya kufur,” katanya di hadapan peserta.
Dosen Aswaja di Institut Pesantren KH Abdul Chalim (Ikhac) Pacet, Mojokerto tersebut mengemukakan bahwa Rasulullah sudah berpesan untuk mengikuti golongan mayoritas sebagai ukuran kebenaran.
"Rasulullah memerintahkan faidza roaitum ikhtilafan fa'alaikum bis sawadzil a'dzam bahwa kita ketika melihat ada perbedaan agar ikut golongan mayoritas,” katanya.
Ahlussunah wal Jamaah yang diikuti oleh Nahdlatul Ulama ini adalah golongan mayoritas. “Jadi bukan hanya ahlussunah saja, tapi ahlussunah wal jamaah. Jamaah di sini adalah representasi jamaah mayoritas,” urainya
Dalam paparannya Ustadz Nur Rohmad selaku tim penulis buku Argumen Ahlussunah wal Jamaah yang bertindak sebagai narasumber utama menyatakan bahwa buku ini sudah beredar di sejumlah kawasan di Indonesia.
"Alhamdulillah sudah menyebar dan tidak hanya di kalangan NU, tetapi juga organisasi lain yang sehaluan dengan Ahlussunah wal Jamaah,” ungkapnya.
Dijelaskan oleh tim peneliti akidah dari PW Aswaja NU Center Jatim tersebut bahwa buku ditulis untuk menjelaskan kerancuan pihak lain yang menyalahpahami amaliah Ahlussunah wal Jamaah.
"Jadi tawassul, tabarruk, istighotsah, membaca Al-Qur'an di kuburan itu semua ada dalilnya,” tegasnya.
Menurutnya, keberadaan buku juga memuat beberapa kaidah penting. “Dan kalau ada yang menyalahkan amaliah kita, seperti tahlilan, maka dalil globalnya cukup ayat waf'alul khaira la'allakum tuflihun, yakni dan lakukan kebaikan supaya kalian beruntung seperti dalam surat Al-Hajj ayat 77,” tandasnya.
Acara ini diselenggarakan Pengurus Cabang Aswaja NU Center dan Pengurus Cabang Lembaga Falakiyah NU Kabupaten Mojokerto. (Ibnu Nawawi)