Aryudi A Razaq
Kontributor
Bondowoso, NU Online
Selama ini air menjadi persoalan tersendiri bagi sebagian petani. Pasalnya, tidak semua daerah topografinya sama: subur dan sistem irigasinya bagus. Justru di daerah tertentu, terkadang tanahnya tandus sehingga sulit menghasilkan produk pertanian yang memadai. Inilah yang coba diatasi oleh Pengurus Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Bondowoso, Jawa Timur.
Untuk itu, PC ISNU Bondowoso membuat terobosan dengan program laboratorium ketahanan pangan. Program tersebut berupa menanam padi hidroganik. Yaitu sistem tanam padi menggunakan 'lahan' instalasi paralon dengan gelas plastik yang diisi media organik sebagai media tanam .
“Alhamdulillah hasilnya cukup bagus. Dengan instalasi berukuran 2 x 12 meter persegi, bisa dihasilkan 40 hingga 50 kilogram gabah,” ujar Ketua PC ISNU Bondowoso, Muchammad Abdul Chaliq kepada NU Online. Hal itu disampaikannya di sela panen perdana padi hidroganik di Desa Gayam, Kecamatan Botolinggo, Kabupaten Bondowoso, Kamis (4/6).
Desa Gayam merupakan salah satu daerah tandus di Bondowoso. Masyarakat di desa tersebut hanya bisa menanam padi satu kali dalam setahun, yakni pada musim hujan. Setelah itu tanahnya dibiarkan menjadi lahan kosong sampai musim hujan berikutnya. Biasanya di daerah yang airnya normal, dalam setahun petani bisa menamam padi dua kali dan jagung atau tembakau satu kali.
“Dengan pola seperti itu, maka tidak ada musim-musiman untuk bercocok tanam, sepanjang tahun bisa menaman padi, atau tanaman sayur,” urainya.
Menurut Chaliq, tanam padi hidroganik cukup praktis dan tidak membutuhkan air banyak. Air hanya didatangkan satu kali. Benih padi ditanam langsung (Tabela) dalam gelas plastik yang sudah diisi media organik berupa kotoran ternak yang sudah difermentasi dicampur dengan cocopit serta arang sekam. Gelas tersebut kemudian diletakkan dalam lubang di paralon berukuran 4 dim. Sedangkan di bawah instalasi (paralon) itu, ada kolam yang ukuran luasnya sama dengan instalasi tersebut. Di kolam itu biasanya dimanfaatkan untuk budidaya ikan.
Selanjutnya, kata Chaliq, air yang di dalam kolam itu, dinaikkan dengan pompa air, dan dialirkan ke tanaman padi melalui ujung depan paralon. Air itu kemudian jatuh ke kolam lagi melalui ujung belakang paralon, dan dinaikkan lagi ke tanaman padi, begitu seterusnya.
“Air yang dinaikkan itu, kan membawa kotoran ikan sebagai pupuk organik yang diserap langsung olah media tanam dan akar padi tersebut,” ungkapnya.
Sementara akar padi juga berfungsi sebagai penyaring kotoran ikan. Air yang sudah bersih itu, jatuh lagi ke kolam. Sedangkan ikan bisa dipanen sewaktu-waktu. “Jadi, ada dua manfaat sekaligus,” urai alumnus Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Probolinggo tersebut.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bondowoso, Mohamamd Halil mengapresiasi langkah ISNU tersebut. Menurutnya, tanam padi hidroganik merupakan solusi untuk mengatasi minimnya air di desa-desa tandus serta membangun ketahanan pangan di daerah yang selama ini rawan pangan
“Ya kita apresiasi, karena itu bagian dari upaya untuk meningkatkan produksi pertanian di daerah tandus,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Gayam, Rendi menuturkan bahwa apa yang dilakukan ISNU Bondowoso merupakan angin segar bagi pertanian di desanya. Sebab selama ini, air memang menjadi kendala dalam bertani.
“Kalau seperti ini memang bisa dikembangkan, ya bagus. Dan mudah-mudahan didukung Pemkab Bondowoso,” harapnya.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua