Daerah

Berburu Durian di Bungo-Jambi, Harga Murah dan Matang di Pohon

Rabu, 8 Januari 2025 | 14:30 WIB

Berburu Durian di Bungo-Jambi, Harga Murah dan Matang di Pohon

Pada pedagang ramai-ramai membuka lapak durian di sepanjang jalan lintas Sumatra yang melewati Kabupaten Bungo. (Foto: NU Online/Syarif)

Bungo, NU Online

Para pecinta durian, perlu berburu durian ke Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi yang menawarkan ribuan durian dengan rasa manis dan harga murah. Awal tahun 2025 jadi momentum berkah bagi masyarakat Kabupaten Bungo dan pecinta durian. Hal ini dikarenakan bertepatan dengan musim durian. 


Para petani durian yang menjual buah berduri dengan rasa manis ini tampak berbaris di depan Pasar Tradisional Modern (PTM) Pasar Atas Muara Bungo. 


Tidak hanya itu, lapak pedagang durian juga terlibat begitu banyak di sepanjang jalan lintas Sumatra yang melewati Kabupaten Bungo.


Menurut salah satu pengepul durian bernama Rizikni, ia mendapat ratusan durian dari daerah Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang, Kabupaten Bungo. 


"Kami beli durian di Limbur, yang ingin durian bisa beli di sini, harga sangat bersahabat," jelasnya, Selasa (07/01/2025). 


Ia menjelaskan, durian di Kabupaten Bungo terkenal dengan rasanya yang manis. Dikarenakan durian yang dijual merupakan durian yang sudah matang di pohon. Setelah matang, durian secara otomatis akan jatuh dan barulah petani mengambil di bawah. 


Durian yang matang di pohon, memiliki rasa yang lebih kuat karena matangnya utuh dan tidak dibantu bahan kimia. Selain itu, masyarakat juga dilarang memanjat pohon durian, lalu mengambil yang masih mentah. 


"Harga bervariasi, ada yang Rp10 ribu, Rp20 ribu, Rp25 ribu, hingga Rp30 ribu. Tergantung besar dan kecilnya," bebernya. 


Para penjual durian di Kabupaten Bungo membuka lapaknya hampir 24 jam. Namun, paling banyak di pagi dan sore hari. Durian tersebut berasal dari Kecamatan Rantau Pandan, Kecamatan Batin III Ulu, Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang dan daerah lainnya. 

 
Petani di Bungo, Jambi mengangkut hasil panen durian di mobil bak terbuka untuk dijajakan. (Foto: NU Online/Syarif)
 

Umumnya para petani mencari durian di malam hari, berjalan dari satu kebun yang lain. Khususnya di Kecamatan Rantau Pandan dan Batin III Ulu, masyarakat diperbolehkan mengambil durian yang jatuh di kebun orang lain. 


Kesepakatan masyarakat, asal tidak ada yang jaga kebun duriannya, maka buah durian yang jatuh dari pohon boleh langsung diambil tanpa perlu izin ke pemilik kebun. 


Salah satu jenis durian yang jadi favorit yaitu jenis tembaga dan mentega, keduanya memang menjadi favorit para pembeli. Cirinya, buahnya warna kuning keemasan, daging buahnya tebal, manis legit, dan memiliki aroma khas yang menggoda. 


"Kita datang ke rumah petani yang baru dari kebun, kita tawar langsung di rumahnya atau do kebun. Nanti kita jual kembali," katanya. 


Selain membeli di lapak pedagang, para pecinta durian juga bisa datang langsung ke desa-desa untuk melakukan pembelian durian. Seperti yang dilakukan oleh Dian Hijah Rahayu dari Kota Jambi. 


Dian menempuh jarak kurang lebih 6 jam sebelum sampai di pemukiman warga dan menawarkan durian dengan harga lebih murah. Ia memilih langsung datang ke petani di desa, karena sudah memiliki hubungan yang kuat. 


Ia datang langsung ke Kecamatan Batin III Ulu, sebuah daerah yang memiliki stok durian cukup banyak. "Setiap musim durian kita main ke Bungo, kalau langsung ke desa-desa, kita bisa menambah keluarga. Bahkan, untuk durian kecil, langsung dikasih sama masyarakat. Tanpa beli," ujarnya. 


Dian menjelaskan, ketika berkunjung ke desa, ia tidak hanya mendapatkan durian, terkadang juga disuguhkan ketan untuk dimakan dengan durian. Ada juga yang memberi bubur durian, serta berbagai jenis makanan hasil olahan durian. 


Selain membeli durian, ketika datang ke rumah petani, ia juga bisa membeli tempoyak. Bahan baku makanan khas Provinsi Jambi dengan harga murah. Tak jarang, karena sudah akrab, ia ditawari makan bersama dengan lauk tempoyak. 


"Kita datangnya pagi atau siang, karena mereka baru balik dari kebun. Kalau malam hari, petani jarang di rumah, mereka bermalam di kebun durian. Sudah tradisi masyarakat sini, kalau musim durian, mereka begadang di kebun durian," tandasnya.