Sidoarjo, NU Online
Sejumlah daerah di tanah air ternyata masih belum seluruhnya menikmati hujan. Kemarau dengan udara yang panas dan kekurangan air masih dirasakan di sejumlah tempat, termasuk di Sidoarjo, Jawa Timur. Ikhtiar dengan menggelar shalat istisqa pun dilakukan.
Hal itulah yang dapat disaksikan di Pondok Pesantren Burhanul Hidayah, Jenggot, Krembung. Ratusan santri pesantren setempat bersama puluhan ustadz dan diikui warga melaksanakan shalat istisqa pada Kamis (21/11) siang.
Kegiatan yang dilaksanakan usai shalat dluhur tersebut dilakukan karena di kawasan setempat dan juga sebagian daerah di Indonesia hingga kini belum turun hujan dan panas matahari demikian terik. Belum lagi imbas kemarau panjang yang mengakibatkan pada kesulitan air maupun kebakaran lahan.
Secara khusus, Pengasuh Pesantren Burhanul Hidayah yakni KH M Sonhaji mengajak semua kalangan untuk turut pihatin dengan kondisi yang melanda negeri ini. Dalam pandangannya, hujan adalah di antara nikmat yang demikian berharga yang akan membawa kebaikan bagi alam dan juga manusia. Karenanya, bila hujan tidak segera turun akan membawa petaka.
"Pengasuh pesantren telah menginstruksikan kepada dewan asatidz dan santri untuk melaksanakan shalat istisqa atau memohon hujan kepada Allah SWT," kata Ustadz M Wahid Hasyim.
Di lapangan barat pondok pesantren, shalat istisqa diimami oleh Ustadz Khoirul Anwar S. Tampak ratusan jamaah yang terdiri dari santri dan warga mengikuti kegiatan tersebut dengan harapan agar hujan segera turun dan memberikan keberkahan.
Dalam tausiahnya, Ustadz H Muhammad Fathoni mengajak para santri dan masyarakat pada umumnya untuk menghindari perbuatan maksiat. Hal tersebut penting dilakukan agar permohonan akan datangnya hujan dapat benar-benar terwujud.
"Mari memperbanyak dan memperbaiki kualitas dan kuantitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dan menjauhi kemaksiatan lahir dan batin. Hal tersebut supaya Allah SWT berkenan menurunkan rahmat berupa air hujan yang membawa keberkahan bagi kita semua,” katanya di hadapan jamaah yang memadati lapangan pesantren.
Kontributor: Sutrisno
Editor: Ibnu Nawawi