Berkah Ramadhan, Pedagang Sate Padang di Tebo Bisa Jual 1.000 Tusuk Sehari
Jumat, 21 Maret 2025 | 17:15 WIB
Tebo, NU Online
Seorang pria paruh baya bernama Aprizul tanpa sibuk merapikan lapak dagangannya di depan Pasar Sarinah unit 2 Kelurahan Wirotho Agung, Kecamatan Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Jambi.
Pria asal Padang Pariaman ini menjual sate Padang kacang sejak bertahun-tahun di Jambi bersama istrinya. Selama Ramadhan, dalam sehari ia bisa menjual seribu tusuk sate ayam khas bumbu Minang.
Ia berjualan sate Padang dengan menggunakan gerobak dorong dengan tiga roda yang diparkir di pinggir jalan utama Pasar Sarinah. Bagi pembeli yang ingin makan di lokasi, ia menyediakan kursi, meja, air putih dan jalan lainnya sebagai pendukung.
"Alhamdulillah, sehari kita bisa jual Sate Padang seribu tusuk beserta ketupat 1000. Ini kalau di hari terang atau tidak hujan maka habis," jelas Aprizul, Selasa lalu.
Menurutnya, sate Padang memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan sate dari daerah lain. Sate Padang memiliki kuah yang kental dengan dicampur bawang merah goreng dan menggunakan arang batok kelapa. Sehingga aromanya khas. Selain itu, sate Padang juga disajikan dengan nasi lontong dari ketupat.
Secara umum, perbedaan sate Padang dengan sate lainnya yaitu dalam bumbu atau rempah-rempahnya. Perpaduan rempah-rempah khas Indonesia membuat cita rasa di lidah lebih kuat dan terasa.
"Satu porsi kita hargai Rp12 ribu rupiah. Kita buka sejak sore sampai habis. Biasanya sebelum tengah malam sudah terjual semuanya. Pembeli pada antri untuk beli. Berkah Ramadhan, tambah ramai," katanya.
Aprizul mengatakan, sate Padang yang dijualnya berisi 6 tusuk dan satu ketupat utuh. Lalu ditambahkan potongan tulang ayam. Terkadang dicampurkan dengan kacang dan kaki, sayap, atau tulang dari ayam.
Meskipun penjual sate Padang cukup banyak di Pasar Sarinah, Aprizul tetap berkeyakinan bahwa pelayanan baik dan mempertahankan bumbu khas Minangkabau dalam sate olahannya membuat masyarakat tetap datang ke lapaknya.
"Daging sate kita masak dua kali, sebelum dipanggang, daging sudah kita masak dulu. Jadi ketika dipanggang, masaknya rata. Karena tidak mengandalkan dari bara api ketika dipanggang," imbuhnya.
Shodiqin, salah satu pembeli sate Padang mengatakan keluarganya sering membeli sate Padang. Karena sensasi bumbunya yang tidak hanya mengandalkan kecap dan cabai dalam memadu rasa. Kali ini ia membeli empat bungkus untuk anak dan istrinya.
"Sate Padang paling enak dimakan saat kuahnya masih panas, karena bau bawang goreng masih terasa," tutupnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tiga Tingkatan Orang yang Berpuasa Ramadhan, Mengapa Puasa Anda Bisa Berbeda?
2
Kultum Ramadhan: Meningkatkan Kualitas Ibadah di 10 Malam Terakhir Bulan Ramadhan
3
Khutbah Jumat: Sedekah sebagai Peredam Murka Allah dan Amalan yang Mampu Mengubah Takdir
4
Demonstrasi Tolak RUU TNI di DPR Berujung Aksi Kekerasan Polisi, Pengemudi Ojol Kena Sasaran
5
Beasiswa BIB Dibuka 1 April 2025, Berikut Link Pendaftaran dan Persyaratannya
6
Khutbah Bahasa Jawa: Mapag Lailatul Qadar, Wengi Sewu Wulan