Sidoarjo, NU Online
Seni tradisi lisan dalam masa milenial menghadapi tantangan berat. Teknologi informasi dan komunikasi telah memasuki ruang ruang tradisi paling dalam sekalipun.
Tentu situasi ini berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup seni tradisi tersebut.
Bertempat di halaman parkir Radio Suara Sidoarjo, Jawa Timur dilaksanakan kegiatan yang langka dan pertama kali, yakni Gelar Macapat Milenial. Pagelaran ini merupakan kolaborasi antara Paguyuban Macapat Sekar Kawedhar Sidoarjo dengan UKM Shalawat Nahdlatus Syubban Universitas Nahdlatul ulama Sidoarjo (Unusida). Sebuah kolaborasi orang tua dengan anak muda untuk sebuah proses regenerasi.
Pagelaran disponsori oleh Dewan Kesenian Sidoarjo dan didukung penuh oleh Radio Suara Sidoarjo.
"Kami awalnya dihubungi Dewan Kesenian Sidoarjo yang menginginkan sebuah kegiatan seni budaya yang langka, yakni seni macapat. Anak muda diharapkan bisa dilibatkan untuk pelestarian dan regenerasi dalam kegiatan ini," kata Brama Iswara, Rabu (7/8).
Menurut Ketua Paguyuban Macapat Sekar Kawedhar ini, dewan kesenian memang punya tupoksi untuk memfasilitasi dan menjalin hubungan dengan kelompok seni dan budaya yang di masyarakat, khusus seni tradisi lisan, seperti macapat ini.
“Undang undang kita mengamanatkan untuk menyusun anggaran dalam rangka pelestarian seni budaya ini," terang Ketua Dewan kesenian Sidoarjo, Ali Asfandi.
Sebuah formula tampilan yang cukup milenial digarap dengan menggandeng UKM Shalawat Nahdlatus Syubban Unusida.
Sesepuh paguyuban, Hj Sumirah selanjutnya menghubungi Pembina UKM Shalawat Nahdlatus Syubban, Sugiarso untuk mencoba menggarap seperti.yang pernah dilakukan di Rutinan Ahad Pahing.
"Kami memang pernah menggelar kolaborasi macapat dan shalawat bahkan juga dengan seni tradisi santiswara larasmadya di rutinan kami," terang Pengasuh Rutinan Shalawat Ahad Pahing, Sugiarso.
"Acara ini sangat menginspirasi. Kami berharap suatu saat acara siaran bersama dengan beberapa paguyuban macapat," terang Diding, mewakili Radio Suara Sidoarjo.
Sementara itu, Winarto, Ketua Panitia Gelar Macapat Milenial merasa senang. "Gelaran kali ini agak lain dengan kebiasaan macapat. Kita kolaborasi dengan sholawat untuk tampilan milenial," terangnya.
Acara dimulai dengan pemberian kenang-kenangan oleh sesepuh paguyuban, Hj Sumirah kepada Dewan Kesenian Sidoarjo dan Radio Suara Sidoarjo. Acara dilanjutkan gelar macapat milenial dipandu Sugiarso.
Serat Ambiya menjadi bahan bacaan acara ini dirangkai shalawat dengan cengkok dan syair Jawa. Diawali dengan Dhandhanggula pembuka dirangkai dengan shalawat pambuka.
Tembang Asmaradana, Durma, Sinom, Pangkur, Kinanthi melengkapi tampilan dengan dilakukan oleh vokal tunggal berselang seling dengan vokal bersama. Shalawat dengan lagu gundul gundul pacul pun menghiasi kegiatan ini.
Peserta berharap kegiatan ini terus berlangsung. "Ini kegiatan yang luar biasa. Saya sempat ditegur anak saya untuk tidak hadir karena sudah tua. Tapi saya katakan justru sisa umur jika bermanfaat saya senang sekali. Jadi mohon acara ini bisa ditindaklanjuti, bukan hanya sekali ini saja," harap Gunadi, salah satu anggota paguyuban macapat Sekar Kawedhar.
"Kami mohon dijelaskan, apa Macapat itu ada lagu tertentu atau ada macam dan aturannya," tanya Anang, salah satu anggota grup shalawat Nahdlatus Syubban. Sesepuh paguyuban Hj Sumirah pun menjelaskan dengan panjang lebar mengenai macam, aturan, dan notasi macapat. (Ibnu Nawawi)