Caraka Malam, Didik Anggota Banser Jadi Pemberani dan Bernyali
Senin, 7 Oktober 2019 | 16:30 WIB
Jember, NU Online
Diklatsar (Pendidikan dan Latihan Dasar) Banser 2019 yang digelar Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jember di perkebunan JA Wattie, Dusun Durjo, Desa Karangpring, Kecamatan Sukroambi, Kabupaten Jember, menyisakan banyak kisah menarik. Betapa tidak, ada peserta yang kesurupan luar biasa, mengundurkan diri karena beratnya medan, dan bahkan ada penampakan yang membikin bulu kuduk berdiri.
“Diklastsar ini memang kita bikin agak berat karena tantangan Banser kedepan juga lebih berat, terutama terkait dengan munculnya gerakan radikal,” ucap Sekretaris PC GP Ansor Jember, H Kholidi Zaini kepada NU Online disela-sela penutupan Diklatsar, Senin (7/10) pagi.
Yang paling berat dari serangkaian agenda Diklatsar yang berlangsung selama tiga hari itu adalah caraka malam. Acara ini merupakan acara penutup yang wajib diikuti oleh semua peserta, karena menjadi penanda lolos tidaknya peserta. Caraka malam berupa perjalanan peserta untuk mendapatkan baret. Medan yang digunakan kali ini cukup berat. Sebab, peserta harus melewati jalan setapak sepanjang 30 kilometer, menyusuri lereng gunung Argopuro yang cukup susah. Bahkan di beberpa titik terkenal sebagai lokasi angker, khususnya di daerah Keputren dan Gunungpasang. Konon, di situlah beberapa jasad manusia terpendam akibat banjir dan tanah longsor Panti (2006). Di situ pula seorang peserta dari Bali mengalami kesurupan yang luar biasa.
“Tapi alhamdulillah bisa diatasi. Di acara seperti ini kami memang mempersiapkan segalanya, termasuk pawang kesurupan,” lanjut Kholidi.
Walaupun latihan dan medannya berat, namun Diklatsar kali ini mendapat apresiasi dari peserta. Salah satunya adalah H Saiful Bahri Husnan. Anggota DPRD Bondowoso ini mengaku salut dengan penggemblengan yang dilakukan GP Ansor Jember lewat Diklatsar. Katanya, Diklatsar ini merupakan kawah candradimuka bagi anggota Banser untuk menjadi ‘pasukan’ yang militan, baik lahir maupun bathin.
“Apabila terbiasa melalui proses kaderisasi yang keras seperti ini pasti kader akan militan dan terbiasa setia patuh atas komando,” ungkapnya.
Ia berharap agar Bondowoso dan Situbondo dapat mengadopsi proses kaderisasi seperti Diklatsar Banser Jember. Sebab dengan Diklatsar yang keras itu, anggota Banser Jember dikenal sebagai ‘pasukan’ yang sangat militan. Beberapa anggota Banser Jember juga kerap menjadi instruktur di daerah lain seperti Bali, dan daerah tapal kuda.
Diklatsar tersebut adalah yang ke-30, diikuti oleh 470 peserta. Mereka berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, Probolinggo, dan tentu saja Jember, dengan latar belakang anggota PMII, IPNU, Pagar Nusa, PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) dan sebagainya.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi
Terpopuler
1
Ketum GP Ansor Hadiri Haul Ke-57 Guru Tua, Perkuat Ukhuwah dan Dakwah Moderat
2
Syekh Hasan Al-Masyath, Ulama yang Lahir dan Wafat di Bulan Syawal
3
Haul Akbar 1 Abad Syaikhona Kholil, Menghidupkan Warisan Pemikiran untuk Pedoman Masa Depan
4
Harga Stabil, Beras Kualitas Medium Paling Banyak Diminati Masyarakat Kelas Menengah ke Bawah
5
Hasil Seleksi Calon Petugas Haji 2025 Diumumkan, Peserta Siap Ikuti Bimtek pada 14 April
6
F-Buminu Sarbumusi Resmikan Pesantren Vokasi Calon PMI, Langkah Perbaikan Tata Kelola Migrasi
Terkini
Lihat Semua