Daerah

Dakwah dengan Merangkul Akan Lebih Berhasil

Selasa, 16 Mei 2017 | 01:08 WIB

Bangil, NU Online
Dalam rangka pembekalan aswaja dan metode mendakwahkannya, Pesantren Darul Lughoh wad Da'wah Pasuruan pimpinan Habib Zein Baharun mengadakan Seminar dengan dua tema, yang berlangsung dua malam, Sabtu (13/05), tema Pengaplikasian Maqasid Syari'ah dengan pemateri KH Muhib Aman Aly,  Syuriyah PWNU Jawa Timur, dan Ahad malam (14/05) tema Peran Santri dalam Membentengi Aswaja dengan pemateri Ustadz Fathul Munif, selaku pembina pesantren dan Ustadz Yusuf Suharto dari Aswaja NU Center.

Ustadz Fathul Munif berbicara menekankan peran santri dan posisinya harus semestinya meneladani metode dakwah para ulama dan habaib yang santun dan merangkul.

"Habib Hasan itu dekat dengan siapa saja, bahkan dengan pejabat pemerintahan. Beliau merangkul semua, dan mampu mewarnai.

"Dalam berdakwah kita jangan membuat lari orang yang diajak. Kita harus memakai jalan hikmah, dan merangkul. Jangan membuat putus asa," ujarnya di hadapan sekitar empat ribu santri yang memadati Masjid Baytul Ghofar, Pesantren Darul Lughoh wad Da'wah, Pasuruan.

Sementara Yusuf Suharto di samping membahas metode berislam para ulama juga mengurai sejarah dan metode berpikir Ahlussunnah wal Jama'ah.

"Sayyidina Hasan, putra Sayyidina Ali dan cucu Rasulullah adalah sosok yang lembut. Beliau bahkan merelakan kekhalifahan yang dipegang beliau selama enam bulan diserahkan kepada Muawiyah. Beliau ingin menyatukan umat Islam tanpa ada pertumpahan darah. Di masa ini dikenal Ammul Jamaah, tahun konsolidasi atau persatuan," ujar salah satu narasumber Kajian Aswaja di TV 9 ini.

"Inilah yang mesti diteladani. Jadi, para ulama itu beraswaja itu lengkap. Kita mewarisi ilmunya, dan akhlaknya."

"Perbedaan itu jika di wilayah politik dan fikih adalah sah-sah saja. Sebagai santri yang tugas utamanya belajar, jadi jangan terjebak pada perbedaan-perbedaan ini. Dan jika ada sesuatu yang membingungkan hendaklah bertanya kepada para ustadz dan ulama."

Menjawab pertanyaan salah seorang santri bagaimana cara mengajak teman agar ikut menyemarakkan Islam. Penulis buku Khazanah Aswaja ini memberi tips.

"Kita bisa memakai baju seperti baju mereka, atau bisa juga tetap memakai baju santri, tapi kaedahnya adalah berkomunikasilah dengan menyesuaikan akal mereka, sesuai dengan kallimun nasa bi qodri 'uqulihim," ujarnya.

Acara ini dikoordinasi oleh BEM Institut Islam Darul Lughoh Wad Da'wah Bangil dalam rangka pembekalan santri sebelum liburan. Red: Mukafi Niam