Sampang, NU Online
Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Kabupaten Sampang, Muhammad Hasan Jailani mengatakan, meninggalnya Ahmad Budi Cahyanto, akibat dianiaya muridnya, merupakan bencana nasional bagi dunia pendidikan.
"Ini adalah sebuah potret bahwa moralitas di sekolah bukan sesuatu yang main-main. Artinya, ini sudah menjadi perhatian semua pihak bahwa pelajaran moralitas hari ini dan ke depan harus diajarkan lagi ke seluruh siswa sekolah," ujar Mamak, panggilan akbrabnya, saat ditemui usai bertakjiyah ke rumah duka, di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Sampang, Selasa (6/2).
Degradasi (turun) moralitas para siswa, lanjut Mamak, merupakan sama berbahaya dengan bencana alam.
Karena itulah, menurut dia, pelajaran moral tidak hanya harus diserap oleh siswa di sekolah, tapi juga di rumah dan di lingkungan.
"Nah, ini menjadi tanggung jawab bersama. Karena bencana tidak hanya urusan alam. Turunnya moral para siswa ini juga menjadi bencana terlebih bagi dunia pendidikan,"tegasnya.
Budi yang meninggal Kamis (1/2), menorehkan duka dan simpati mendalam bagi masyarakat. Hingga kini, peziarah dari berbagai daerah terus berdatangan ke rumah keluarga dan makam almarhum yang berjarak 200 meter. Mulai dari kalangan pejabat, budayawan, lembaga pendidikan hingga warga masyarakat, baik dari Madura maupun dari luar pulau Madura.
Doa dan donasi untuk almarhum Budi dan istrinya, Sianit Sinta terus mengalir, apalagi saat ini, Sianit Sinta tengah hamil lima bulan.
Budi Cahyono adalah guru honorer mata pelajaran seni rupa di SMA Negeri 1 Torjun, Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, Madura Jawa Timur. Ia meninggal setelah dianiaya muridnya yang kini sudah ditahan Polres setempat. (Hadji/Abdullah Alawi)