Dilantik, IPNU IPPNU DIY Siap Sambut Pembangunan Peradaban
Ahad, 18 Desember 2022 | 23:00 WIB
Pelantikan PW IPNU dan IPPNU DI Yogyakarta di Gedung Graha Wana Bhakti Yasa, Kota Yogyakarta, pada Ahad (18/12/2022). (Foto: istimewa)
Aru Lego Triono
Penulis
Yogyakarta, NU Online
Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Daerah Istimewa Yogyakarta masa khidmah 2022-2025 telah secara resmi dilantik di Gedung Graha Wana Bhakti Yasa, Kota Yogyakarta, pada Ahad (18/12/2022).
Prosesi pelantikan dengan mengangkat tema ‘Pelajar Inklusif Akseleratif, Spirit Pelajar NU Merespons Peradaban’ itu dilakukan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) IPNU M Agil Nuruz Zaman dan Ketua Umum PP IPPNU Whasfi Velasufah.
Usai dilantik, Ketua PW IPNU DIY Didi Manarul Hadi mengatakan, pihaknya akan siap menyambut pembangunan peradaban sebagaimana yang tengah digaungkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan PWNU DIY. Menurut Didi, tanggung jawab NU bukan hanya soal aqidah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) saja tetapi juga NU memiliki tanggung jawab peradaban.
“Maka kita sebagai IPNU yang menjadi representasi NU di kalangan pelajar, harus ikut menampilkan NU di kalangan pelajar. Kita juga punya tanggung jawab untuk merespons peradaban, bukan sekadar Ahlussunnah wal Jamaah dan kebangsaan,” kata Didi.
Di samping itu, IPNU IPPNU DIY juga bertekad untuk menjadi organisasi pelajar yang inklusif dan akseleratif. Didi mengatakan, DIY merupakan miniatur Indonesia yang penduduknya beragam. Bahkan pengurus IPNU DIY pun tak hanya berasal dari orang asli Yogyakarta.
“Kita berwarna dari berbagai macam suku bangsa. Karena sebagai kota pelajar, dari berbagai macam daerah datang untuk menimba ilmu dan aktif di IPNU IPPNU. Maka nilai inklusivitas, menerima berbagai macam kalangan harus kita tanamkan, terutama di kalangan pelajar,” ucap Didi.
Ia juga menyinggung soal radikalisme yang kerap terjadi di sekolah-sekolah umum. Menurut Didi, tanggung jawab IPNU IPPNU saat ini adalah menanamkan spirit inklusivitas di kalangan pelajar.
Caranya dengan memberikan penanaman nilai kepada pelajar tentang penghargaan terhadap berbagai perbedaan suku bangsa, agama dan ras. Spirit inilah yang akan terus digencarkan IPNU IPPNU DIY.
“Kemudian akseleratif. Era disrupsi perubahan sangat cepat terutama di bidang teknologi informasi, maka langkah-langkah dan pergerakan kita juga harus cepat. Kita nggak bisa hanya leyeh-leyeh lagi, kita harus akselerasi,” tegasnya.
Untuk bisa merespons peradaban sekaligus menjadi organisasi pelajar yang inklusif dan akseleratif itu, Didi bersama para pengurus PW IPNU DIY telah merancang berbagai fokus program untuk dijalankan selama tiga tahun ke depan. Program-program ini kemudian dibahas dan disahkan dalam Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) IPNU DIY, usai pelantikan.
Fokus program yang pertama adalah inventarisasi basis data (database). Didi mengatakan, database ini sangat penting untuk dilakukan. Karena itulah, persoalan database ini menjadi langkah awal yang akan digarap segera.
“Langkah awal kami akan menginventarisasi database, mulai dari pimpinan cabang, pimpinan anak cabang, pimpinan komisariat di sekolah dan pesantren. Juga jumlah alumni anggota Makesta (masa kesetiaan anggota), Lakmud (latihan kader muda), dan Lakut (latihan kader utama) kita inventarisasi,” ucap Didi.
Ia kemudian menyebutkan data terkini yang berhasil dihimpun. IPNU di DIY saat ini telah menghidupkan semua pimpinan cabang yang ada di 4 kabupaten dan 1 kota yakni Kulonprogo, Bantul, Gunungkidul, Sleman, dan Yogyakarta.
Dari lima pimpinan cabang itu, telah berdiri 63 pimpinan anak cabang dari 74 kecamatan yang ada di DIY. Lalu sudah berdiri 50 pimpinan komisariat di sekolah dan pesantren. Secara keseluruhan, terdapat 10 ribu kader IPNU IPPNU di DIY yang tercatat aktif.
“Jumlah tersebut sedikit dibanding PW IPNU lain yang ada di Pulau Jawa. Secara kuantitas kita tidak terlalu banyak, tetapi kita bisa menonjolkan kualitas IPNU DIY. (Dan) jumlah itu hanya jumlah yang terbaca saja. Masih banyak kader-kader IPNU yang belum terbaca. Akhirnya perlu database,” kata Didi.
Program kedua IPNU DIY adalah menekankan soal refocusing atau memfokuskan kembali kepada garapan utama yakni pelajar. Didi menegaskan, khittah IPNU adalah pelajar sehingga sekolah dan pondok pesantren menjadi rumahnya.
“Ke depan, semua kegiatan yang dilakukan IPNU IPPNU akan banyak melibatkan pelajar di sekolah dan pondok pesantren,” katanya.
Ke depan, sekolah dan pesantren, terutama yang berada di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU, juga sekolah-sekolah umum akan diminta untuk mendirikan pimpinan komisariat IPNU.
Program ketiga adalah digitalisasi organisasi. Saat ini, warga dunia tengah mengalami era disrupsi yang menyebabkan terjadi perubahan di bidang teknologi informasi dengan sangat cepat. Untuk itu, organisasi juga perlu melek digital, misalnya dimulai dengan membuat konten-konten positif di media sosial.
“Nanti ke depan, administrasi kita (juga) harus didigitalkan. Harapannya, periode kami bisa lebih masif dalam persoalan digital,” tegas Didi.
Kaderisasi Tak Boleh Ditinggalkan
Ketua IPPNU DIY Fildzah Lina R menambahkan, program yang juga akan menjadi garapan IPPNU bersama IPNU DIY adalah kaderisasi. Menurut Fildzah, kaderisasi tidak boleh ditinggalkan. Karena itu, kaderisasi menjadi orientasi organisasi dalam setiap melaksanakan kegiatan.
“Kaderisasi tidak hanya soal penambahan jumlah SDM (sumber daya manusia), tetapi yang kita butuhkan juga peningkatan skill (atau) kemampuan SDM. Harapannya, IPNU IPPNU siap menjawab tantangan, menghadapi dunia yang sekarang serba digital,” ucap Fildzah.
Ketua PWNU DIY KH Ahmad Zuhdi Muhdlor mengatakan bahwa pihaknya sangat berkepentingan terhadap IPNU dan IPPNU. Kepada ketua IPNU IPPNU DIY, ia sudah menyampaikan bahwa PWNU saat ini memiliki proyek besar bernama kaderisasi dan konsolidasi.
Ia kemudian berharap agar IPNU IPPNU DIY tidak hanya fokus menggarap kader yang ada pada komisariat dan pimpinan anak cabang saja, tetapi perlu juga untuk masuk hingga ke tingkat ranting atau desa-desa.
“Karena banyak alumni pesantren dan sekolah LP Ma’arif setelah lulus mereka tidak terurus oleh IPNU IPPNU. Ini program besar,” ucap Kiai Zuhdi.
IPNU IPPNU harus kompak dan berkarier
Ia berpesan agar para pengurus IPNU IPPNU untuk tetap menjaga kekompakan. Lebih-lebih, ia mengharapkan agar kekompakan itu terus terjaga hingga menjadi organisatoris karier, artinya setelah menjadi alumni IPNU IPPNU langsung masuk ke Ansor dan Fatayat.
“Organisasi kita juga dibutuhkan kader-kader, bukan hanya kader ad hoc, tapi juga kader karier. Karena kader karier kita harapkan lebih mengetahui detak jantung dari organisasi, sehingga bisa melayani masyarakat untuk kepentingan pengembangan organisasi,” katanya.
“Inilah yang oleh ketum PBNU (KH Yahya Cholil Staquf) disebut sebagai mata rantai yang tidak boleh terputus untuk penanganan pengelolaan organisasi. Saya akan memberikan perhatian yang lebih kepada IPNU IPPNU untuk pengembangan organisasi yang akan datang,” katanya.
Sebagai informasi, acara Pelantikan IPNU IPPNU DIY ini dimeriahkan oleh berbagai penampilan hiburan. Di antaranya Gambus Al-Jami'ah dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Grup Tari dari SMP Islam Darussalam Kotagede Yogyakarta, dan Tim Paduan Suara dari SMK Diponegoro Depok, Sleman Yogyakarta.
Turut hadir dalam acara tersebut Katib Syuriyah PBNU KH Hilmy Muhammad; Rais Syuriyah PWNU DIY KH Mas’ud Masduqi; Wakil Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY Suherman; Kepala Seksi Pemuda BPO Disdikpora Rini Admiwati; Bidang Penerangan Agama Islam Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY Aminuddin; dan Anggota DPRD DIY Aslam Ridlo.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syakir NF
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua