Daerah BANJIR SUMATRA

Gajah Dihadirkan sebagai Relawan ketika Gerak Alat Berat Terbatas, Tepatkah?

NU Online  ·  Selasa, 9 Desember 2025 | 17:30 WIB

Gajah Dihadirkan sebagai Relawan ketika Gerak Alat Berat Terbatas, Tepatkah?

Gajah dengan pawangnya sedang diperbantukan melakukan penyisiran lokasi bekas banjir di Pidie Jaya, Aceh. (Foto: dok Kemenhut)

Pidie Jaya, NU Online

Dua minggu pascabencana dahsyat yang oleh warga disebut sebagai tsunami jilid dua pada 26 November 2025, aroma lumpur masih menyelimuti udara Japakeh, Pidie Jaya, Aceh. Wilayah Meurah Dua, salah satu kawasan terdampak paling parah, tampak seperti desa yang waktu berhenti di dalamnya. Hujan memang sudah reda, tetapi kenangan tentang air bah yang turun dari pegunungan pada malam kelam itu terus melekat di benak warga seperti duri yang tak bisa dicabut.


Rumah-rumah rata dengan lumpur, sekolah-sekolah rusak, jembatan terputus, dan sudut-sudut desa berubah menjadi kubangan cokelat yang ditingkahi batang kayu gelondongan. Di antara yang paling parah adalah Gampong Seunong dan Meunasah Bie.

 

Sebagian warga kehilangan rumah, sebagian kehilangan penghidupan, dan beberapa bahkan kehilangan orang tersayang. Internet padam, listrik mati, dan informasi tersendat, seakan kehidupan beku dalam ketidakpastian.


Lebih dari 12 hari pascabencana, persoalan belum mereda. Distribusi bantuan belum merata, obat-obatan minim, sementara banyak pengungsi mengeluhkan kurangnya layanan medis. Di tengah situasi yang berat ini, sebuah pemandangan tak biasa muncul pada Senin (8/12/2025) pagi.


Empat ekor gajah memasuki desa itu. Mereka datang pelan, berjalan rapi bersama para pawang dan tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh. Warga keluar dari tenda pengungsian, sebagian berhenti bekerja. Ada yang menahan napas, ada yang menitikkan air mata. Bukan karena takut, melainkan karena merasa kehadiran bantuan itu adalah tanda bahwa mereka tidak ditinggalkan.


Keempat gajah itu bukan tontonan. Mereka datang sebagai tenaga kemanusiaan. Dengan tubuh besar yang terlatih, mereka menarik batang kayu besar, membuka akses yang tertutup material banjir, dan menjangkau titik-titik sempit yang tak bisa ditembus alat berat.


Ketua GP Ansor Pidie Jaya, Tgk Muhammad Asrizal, menyebut kehadiran gajah sebagai momen bersejarah. “Dua minggu ini warga hidup dengan beban yang tak bisa diukur. Tetapi hari ini, untuk pertama kalinya, saya melihat anak-anak tersenyum,” ujarnya.


Menurutnya, banjir tidak hanya menghancurkan fisik desa, tetapi juga mengguncang batin masyarakat. “Banyak kehilangan rasa aman. Suara hujan saja bisa memicu trauma,” tambahnya.


Keempat gajah dari Pusat Latihan Gajah (PLG) Sare itu bernama Abu, Mido, Ajis, dan Noni. Mereka membantu membersihkan permukiman, terutama tumpukan kayu besar yang sejak awal menutup jalan desa.


Alat Berat Dikerahkan tapi Terbatas

Dari sisi teknis, pengerahan gajah adalah keputusan strategis. Kasat Reskrim Polres Pidie Jaya, Iptu Fauzi Admaja, menjelaskan bahwa medan yang sempit dan licin membuat alat berat tidak mampu menjangkau lokasi.


“Gajah dapat bergerak fleksibel di medan ekstrem. Mereka bisa masuk ke titik-titik yang mustahil ditembus kendaraan,” jelasnya.


Kapolres Pidie Jaya, AKBP Ahmad Faisal Pasaribu, menambahkan bahwa keberadaan gajah juga berdampak secara psikologis.

 

“Gajah bukan hanya alat bantu pembersihan, tetapi juga sahabat kecil bagi anak-anak yang sedang berusaha pulih. Mereka membawa kehangatan emosional, sesuatu yang tidak bisa diberikan mesin,” katanya.


Sementara itu, Tgk Azmi Yudha Zulfikar, seorang tokoh agama muda dari Ulim, melihat musibah ini sebagai cermin besar bagi manusia. “Musibah ini harus menjadi pengingat. Alam bukan objek, tapi amanah,” ujarnya lirih.


Menurutnya, kehadiran gajah juga memiliki pesan moral. “Lihatlah, hari ini gajah lebih mulia dari sebagian manusia. Mereka membantu dengan tulus, sementara masih ada orang yang menaikkan harga sembako dan obat saat warga menderita,” kritiknya.


Menjelang senja, gajah-gajah itu beristirahat di lapangan desa dengan penerangan seadanya. Anak-anak berkumpul, meniru suara gajah, sebagian bertanya kapan bisa menaikinya. Di tengah kehancuran, hari itu muncul sesuatu yang lebih berharga dari bantuan logistik: kesadaran kemanusiaan. Kesadaran bahwa hidup manusia terhubung dengan alam, bahwa empati lebih kuat daripada bencana.


Ketika warga kembali ke tenda-tenda pengungsian malam itu, kata-kata Tgk Azmi masih menggema: “Banjir ini meruntuhkan banyak hal, rumah, jalan, kebun, harta. Tetapi jangan biarkan ia meruntuhkan akhlak, kepedulian, dan iman kita.”


Di Meurah Dua, harapan belum padam. Hari itu, sebagian dari harapan itu datang dengan langkah pelan, belalai panjang, dan jiwa yang membawa tugas mulia, seekor gajah, makhluk yang tetap menunjukkan empati meski turut memikul luka dari hutan yang telah lama dieksploitasi manusia.

 

Menjamin Keselamatan Gajah

Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Aceh Ujang Wisnu Barata menyampaikan, sebelum empat gajah jinak diturunkan ke lapangan, tim Balai KSDA Aceh terlebih dahulu melakukan survei menyeluruh terhadap kondisi lokasi, aksesibilitas, tingkat keamanan, dan kebutuhan operasional.


"Keempat gajah terlatih diangkut menggunakan truk langsir dari tempat tambat menuju lokasi target penanganan. Hal ini dilakukan untuk keamanan dan keselamatan gajah, termasuk menghindari stres sebelum mendukung penanganan area terdampak banjir," ujar Ujang dilansir Antara, Selasa (9/12/2025).


Sebagai bagian dari komitmen menjaga kesehatan gajah, tim memastikan area istirahat telah dipersiapkan secara memadai, termasuk ketersediaan pakan yang cukup, suplemen pendukung, serta sistem pemantauan kesehatan yang dilakukan secara berkala.


Kebutuhan air minum satwa juga menjadi perhatian utama. Untuk menjamin kecukupan konsumsi air, tim menyiagakan satu unit mobil slip-on berisi tangki dan selang air yang berjaga setiap saat di lokasi kerja.

 

===========

Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: filantropi.nu.or.id.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang