Subang, NU Online
Hari Guru Nasional yang jatuh pada hari Senin (25/11) kemarin hendaknya dijadikan media guru-guru Nahdlatul Ulama (NU) untuk meningkatkan spirit perjuangannya. Paling tidak mereka bisa menyebarkan 'virus' NU kepada para guru yang masih belum mengerti tentang NU. Hingga pada akhirnya mereka juga dapat mengenal NU yang sebenarnya.
Demikian ini ditegaskan Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kabupaten Subang, Jawa Barat Abdul Wahab, lantaran banyak yang mengaku guru NU, namun sikap dan pemahamannya tidak sebagaimana yang diharapkan NU.
"Bahwa saat ini banyak guru mengaku dirinya terafiliasi dengan NU. Tapi, dirinya belum mengerti apa NU itu sendiri," ujar Wahab, Senin (25/11).
Mereka yang belum mengerti tentang NU tidak sepatutnya mengklaim bahwa dirinya NU. Menjadi warga NU yang baik tidak mudah, termasuk juga menjadi guru NU. Kriteria bisa dikatakan sebagai warga NU, mininal seseorang bisa peduli terhadap situasi yang dihadapi warga di sekitarnya. Seseorang yang demikian ini masih belum banyak.
"Bahkan cenderung cuek, apatis dan tidak peduli dengan kondisi NU. Ada juga yang tidak fatsun dengan garis-garis perjuangan NU itu sendiri," paparnya.
Kemudian untuk guru yang sudah NU, ia tidak boleh berhenti berjuang. Ia harus mengajak siswa-siswinya untuk mengabdi di NU dan bersama-sama membesarkan organisasi yang didirikan para kiai dan ulama itu.
Wahab menegaskan, guru-guru yang berada di Pergunu akan komitmen dengan garis perjuangannya. Yakni memperkuat ajaran-ajaran Aswaja an-Nahdliyah serta menyebarluaskannya.
"Yang jelas, saya bertekad ingin menyebarkan Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah di lingkungan pendidikan. Mudah-mudahan bisa merambah ke jenjang pendidikan umum," jelasnya.
Sementara itu, anggota Pergunu Subang, Hamdan Fuadi Rofi menegaskan, Hari Guru Nasional harus jadi mementum untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) guru sebagai seorang pendidik.
"Meskipun dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, keberadaan seorang guru sangat berperan dalam meningkatkan kulitas sumberdaya manusia. Artinya, proses menuju peningkatan sumber daya manusia itu harus berbanding lurus dengan peningkatan sumber daya seorang gurunya juga," kata Hamdan.
Salah satu peningkatan kualitas SDM itu, lanjut Hamdan, paling tidak seorang guru bisa memberikan contoh yang baik kepada murid-muridnya.
"Jangan sampai seperti istilah guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Artinya posisi guru di sini sangat vital untuk memberikan kulaitas dirinya agar dicontoh oleh murid-muridnya," pungkasnya.
Kontributor: Ade Mahmudin
Editor: Syamsul Arifin