Demak, NU Online
Moment hari raya Idul Fitri atau Lebaran dimanfaatkan oleh para santri dan alumni pesantren yang berada di daerah untuk mengadakan silaturrahim dan halal bihalal. Tradisi ini sudah mengakar sejak puluhan tahun lalu sebagai wujud mempererat hubungan kekeluargaan antarsantri yang telah terbangun sejak berada di pondok pesantren.
Para alumni huffadz (penghafal Al-Qur’an) Pondok Pesantren Al-Badriyyah Suburan Mranggen Demak menggelar acara silaturahim dan halal bihalal bersama keluarga besar Pondok Pesantren Al-Badriyyah pada Kamis, (6/7).
Acara yang bertempat di Aula Pesantren itu dihadiri sekitar 200 alumni huffadz bersama keluarganya yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam daftar hadir tercatat mereka ada yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah, di antaranya dari Pekalongan, Batang, Kendal, Semarang, Wonosobo, Grobogan, Blora, Demak dan lain-lain. Juga ada yang datang dari Sumatera, yakni Lampung, Riau dan Jambi.
Salah seorang panitia, Lublubatus Sa’diyyah, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan para alumni yang bertujuan untuk menjalin dan mempererat tali silaturrahim antara alumni dan keluarga besar Pesantren Al-Badriyyah. Juga untuk menjawab tantangan jaman melalui konsolidasi antaralumni melalui perencanaan dan pengembangan program-program dakwah di seluruh lini kehidupan dengan mengedepankan ilmu dan amal serta metode-metode dakwah islamiyah dan keilmuan kontemporer yang mengikuti perkembangan jaman.
“Alhamdulillah para alumni dari berbagai daerah antusias mengikuti kegiatan ini, di mana pada kegiatan ini mengambil tema ‘Satukan langkah, pererat ukhuwah dan jalin kerjasama dakwah untuk mencapai mardhotillah’,” jelasnya.
Rangkaian kegiatan yang dimulai pukul 07.00 WIB ini diisi dengan aneka kegiatan seperti semaan Al-Qur’an 30 juz, temu alumni, ziarah maqbarah masyayikh dan sowan kepada para ulama di Suburan Mranggen.
Pengasuh pesantren Al-Badriyyah, KH Muhibbin Muhsin al-hafidz, dalam tausiyahnya mengingatkan kepada alumni untuk selalu menjaga hafalan Al-Qur’an sepanjang hayat dan selalu ta’dhim (memuliakan) guru. Para ulama terdahulu telah memberikan banyak contoh dalam menghormati seorang guru, karena berkahnya ilmu tergantung sejauh mana menghormati seorang guru.
“Sikap yang sepatutnya ditampilkan seorang murid ketika berhadapan dengan ahli ilmu (guru), terlebih lagi ahli dalam ilmu agama, adalah hormat, memuliakannya (ikram), dan bila perlu melayani keperluannya (khidmah). Demikianlah akhlak seorang santri terhadap ulama, apalagi jika ia sedang atau pernah berguru langsung kepada sang guru,” tuturnya.
Sementaranya KH A. Ghozali Ihsan menyampaikan bahwa jalinan silaturrahim sangat penting guna mempererat dan mengokohkan tali kekeluargaan dan kemasyarakatan. Sebab dalam kehidupan keseharian, setiap individu selalu membutuhkan orang lain dan tidak bisa hidup sendiri. silaturrahim merupakan ibadah yang sangat mulia, mudah dan membawa berkah. Karena itu merupakan ibadah yang paling indah berhubungan dengan manusia, sehingga perlu meluangkan waktu untuk melaksanakan amal shalih ini. silaturrahim termasuk akhlak yang mulia.
“Menjalin hubungan baik dengan sesama manusia merupakan salah satu tanda ketakwaan seorang hamba kepada Tuhannya. Allah SWT bahkan menjanjikan keberkahan hidup bagi hamba-Nya yang selalu menjaga tali silaturrahim dengan sesamanya, Keberkahan hidup yang dilimpahkan Allah tidak hanya dalam hal rezeki, namun juga keberkahan dalam usia dan hubungan baik yang penuh kasih dengan para kerabat dan masyarakat,” ungkapnya.
Acara diakhiri dengan doa bersama, kemudian dilanjutkan dengan saling ber-mushafahah (bersalaman).
“Diharapkan melalui acara ini dapat lebih menumbuhkan ikatan batin antara alumni dengan keluarga besar pondok pesantren Al-Badriyyah. Karena nama baik pesantren akan dikenal dan dinilai oleh masyarakat ketika para santri dan alumninya dapat mewarnai kehidupan bermasyarakat dengan peran ilmunya, adab dan tradisinya.” ungkap Mu’awanah, salah satu alumni. (Ben Zabidy/Mukafi Niam)