Halau Corona, Santri Yasinat Jember Dilarang Ketemu ‘Orang Luar’
Selasa, 31 Maret 2020 | 05:30 WIB
Sekretaris Yasinat, Gus Imam Baihaqi di kompleks Pesantren Yasinat, Desa Kesilir, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember. (Foto: NU Online/Aryudi AR)
Aryudi A Razaq
Kontributor
Jember, NU Online
Penerapan status Darurat Corona tak membuat Pondok Pesantren Yasinat (Yayasan Islam Nahdlatuth Thalabah), Dusun Demangan, Desa Kesilir, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember, Jawa Timur mengosongkan sama sekali biliknya dari santri. Sebab, ada 1.200 santri yang masuk kelas Tahfidzul Qur’an, masih harus menetap di pondok. Sedangkan santri yang berstatus sebagai siswa sekolah fomal, sudah dipulangkan sejak beberapa hari lalu.
“Mereka masih harus belajar, dan terus memelihara hafalannya,” ucap Sekretaris Yasinat, Gus Imam Baihaqi kepada NU Online di kompleks Yasinat, Senin (30/3).
Jumlah santri di pesantren yang didirikan oleh KH. Imam Bukhori (1921) itu, mencapai 4000-an putra-putri. Sebanyak 2500-an diantaranya adalah santri kalong (tidak menetap). Selebihnya adalah santri yang tinggal di bilik. Di antara santri yang menetap itu, sebanyak 1.200 santri menekuni hafalan Al-Qur’an.
Menurut Gus Imam, santri Tahfidzul Qur’an tidak boleh pulang karena masih harus menghafal dan terus memelihara hafalannya. Sebab jika pulang/libur terlalu lama, dikhawatirkan hafalannya berkurang. Jika tetap di pondok, bimbingan hafalan Al-Qur’an terus dilakukan, dan mereka juga lebih terjaga hafalannya.
“Jadi semata-mata untuk menjaga kemampuan hafalan saja. Mereka akan kami pulangkan tanggal 20 Ramadhan,” jelasnya.
Walaupun menetap di pondok, namun mereka dan segenap keluarga besar Yasinat harus mengikuti arahan pemerintah terkait pencegahan virus Corona. Namun hubungan antar santri tetap terjalin karena ada kegiAtan yang mengharuskan santri berkumpul. Tapi santri dilarang keras berhubungan dengan dunia luar, termasuk orang tuanya sendiri.
“Ini karena pesantren tidak ingin terjadi kontak fisik antara santri dan ‘orang luar’ yang boleh jadi belum steril. Kalau misalnya ada wali santri yang bawa makanan untuk anaknya, bisa dititipkan kepada penjaga pos. Wali tetap dilarang bertemu dengan anaknya,” terang Gus Imam.
Pesantren yang diasuh oleh KH Moh Dimyati Burhan tersebut, cukup maju. Terletak sekitar 30 kilometer kearah selatan kota Jember, Pesantren Yasinat tumbuh sebagai pesantren modern tanpa meninggalkan jejak kesalafannya. MTs, MA, dan SMK sudah lama berdiri di pesantren ini, melengkapi lembaga non formal yang telah ada seperti Madrasah Diniyah Awaliyah, Wustho dan Ula serta Tahfidzul Qur’an.
Terkait dengan vius Corona, semua santri Yasinat diwajibkan mengkuti arahan pemerintah. Juga semua santri, baik yang di rumah maupun di pondok, diwajibkan membaca qunut nazilah, memperbanyak membaca shalawat thibbil qulub, dan membaca doa tolak bala’.
“Santri dan kita semua wajib berdoa kepada Allah, agar kasus virus Corona ini segera berakhir,” pungkasnya.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua