Padang, NU Online
Menguasai metode hisab saja, berarti ilmunya tidak pernah diuji secara observasi rukyat, mahir rukyat hilal tanpa ilmu hisab, rukyatnya bisa salah arah. Mengerti fikih juga sangat diperlukan bila satu saat terjadi pertentangan antara kedua metode.
<>
Fikih akan terus mengikuti perkembangan astronomi. NU menggabungkan ketiganya sehingga para astronom NU tidak hanya kaya dengan khazanah metode hisab klasik maupun kontemporer, perukyat yang sudah berpengalaman puluhan tahun juga kaya dengan kitab-kitab fikih baik yang klasik maupun masa kini.
Demikian diungkapkan Ketua Lajnah Falakiyah PWNU Sumbar Burhanuddin disela-sela forum Bahstul Masail dengan tema penentuan awal bulan Ramadhan atau Syawal di Aula PWNU Sumbar (20/7).
Dia menjelaskan keberadaan rukyat juga harus didukung oleh hisab. Berkaitan dengan penetapan awal bulan Hijriyah khususnya awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, NU memiliki tiga asas, yaitu asas ta'abbudi (kepatuhan), ta'aqquli (penalaran), dan thobi'i (akhlak).
Dalam kaitannya dengan penetapan awal Hijriyah, NU memahami hadis rukyat dengan pemahaman rukyatul hilal bil fi'li atau ar-Ru'yah al-Bashiroh bil 'Ain, yaitu rukyat benar-benar dengan mata kepala dengan dukungan ilmu hisab. Hisab dijadikan panduan dan pendukung dalam pelaksanaan rukyatul hilal bil fi'li.
Dosen spesialis Ilmu Falak Fakultas Syariah ini menegaskan jadi hisab tidak dijadikan dasar penentuan awal bulan Hijriyah karena hisab sebagai ilmu yang dihasilkan oleh rukyat.
Justru rukyatul hilal bil fi'li yang dijadikan dasar pegangan dalam pengambilan keputusan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Karena itulah asas ta'abbudi didahulukan karena khitob perintah Rasulullah adalah rukyat hilal disertai dengan asas ta'aqquli (penalaran ilmu pengetahuan) dengan memakai ilmu hisab akibat dari kemajuan zaman dan teknologi modern untuk menambah nilai dan kekuatan iman kepada Allah SWT, selanjutnya diaplikasikan dalam asas thobi'i kepada makhluk Allah SWT baik di bumi maupun di langit.
Sementera sekretaris Lembaga Bahstul Masa’il NU Sumbar Firdaus juga menjelaskan dalam hal ini makanya NU tidak mau mengumumkan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah karena bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Rasulullah sepanjang hidupnya tidak pernah mengumumkan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah sebelum ada laporan orang melihat rukyat hilal.
Pada kesempatan yang sama Rais Syuriyah PWNU Sumbar Asasriwarni mengatakan, sebenarnya tidak ada keragu-raguan lagi terkait antara rukyat dan hisab sebagai pendukung, karena ada 72 hadits Rasulullah yang terkait dengan perintah kepada umat untuk melakukan rukyat dalam penentuan waktu (berpuasa) awal Ramadhan dan kapan berbuka (awal syawal), kata Guru Besar Hukum Islam IAIN IB Padang ini.
Untuk perayaan Idul Fitri 1 Syawal nanti NU sudah menyepakati jatuh pada tanggal 8 Agustus 2013, namun walaupun sudah ditentukan NU tetap akan menunggu keputusan pemerintah tentang kepastian jatuhnya 1 Syawal 1434 H karena bagaimanapun mesti patuh ulil amri di negara ini.
Hadir dalam bahstul masa’il tersebut jajaran Syuriyah dan Tanfiziyah PWNU diantaranya Prof Dr Asasriwarni, MH, Husni Kamil Manik yang juga Ketua KPU RI, Hary Efendi Iskandar, Dr Firdaus, dan beberapa kader muda NU dari ISNU, IPPNU serta PMII.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Afriendi
Terpopuler
1
Keutamaan Puasa Syaban Menurut Syekh Nawawi al-Bantani
2
Khutbah Jumat: Menumbuhkan Keikhlasan dalam Beramal dan Beribadah
3
Khutbah Jumat: Jagalah Lisan supaya Tidak Menyakiti Orang Lain
4
Khutbah Jumat: Jangan Salah Pilih Teman
5
Khutbah Jumat: Manusia sebagai Makhluk Sosial, dan Perintah untuk Saling Mengenal
6
Data Hilal Penentuan Awal Bulan Syaban 1446 H
Terkini
Lihat Semua