Daerah

Ikmal dan Azhari Santri Inspiratif di Bidang Seni Rebana dan Ilmu Tafsir

NU Online  ·  Sabtu, 25 Oktober 2025 | 21:00 WIB

Ikmal dan Azhari Santri Inspiratif di Bidang Seni Rebana dan Ilmu Tafsir

Mohammad Ikmalul Amri dan  Azhari Andi, dua santri yang berprestasi di bidangnya.

Jakarta, NU Online
Sekilas tak ada yang berbeda dari Mohammad Ikmalul Amri dengan santri lainnya. Namun jika melihat penampilannya membawakan seni hadrah, orang akan tahu bahwa dia terampil menggunakan alat-alat rebana. Selain itu, suaranya pun terdengar merdu saat melantunkan qasidah dan shalawat.


Kepada NU Online, Ikmal, begitu ia akrab disap menceritakan awalnya, alumnus Pesantren Raudlatul Ulum Guyangan Trangkil Pati ini ikut menjadi pemain rebana karena ingin menyalurkan kreativitas. Seiring berlalunya waktu, ia menekuni bidang seni rebana ini. 

 

Menurutnya, memainkan alat rebana bukan sekadar bermain belaka. Memainkan alat rebana termasuk dalam hal vokalnya harus memiliki dzauq atau rasa. Karena yang dibaca bukan sembarangan lagu, melainkan qasidah atau maulid Nabi Muhammad Saw.


"Seiring berjalannya waktu saya mulai mendapatkan berbagai pengalaman dan ilmu, dan mengerti bahwa memainkan rebana tidak sebatas bermain. Tetapi karena rebana biasanya identik dengan qasidah atau pembacaan maulid yang memuji Nabi, maka membutuhkan dzauq atau rasa dalam melantunkan syiir tersebut, terlebih seorang vokal, harus tahu adab tata cara pembacaan maulid atau qasidah," ujarnya pada Jumat (24/10/2025).

 

Terkadang, ia mengikuti kajian atau ijazahan untuk memahami makna dari qasidah atau maulid yang dibacanya. Hal seperti ini, menurutnya, belum banyak diketahui masyarakat pada umumnya. Melantunkan qasidah harus tenang, khusyuk dan penuh adab, bukan sekadar melantunkan saja dengan pukulan rebana dan variasi-variasinya.

 

"Belum lagi ketika ada orang meminta tolong untuk ikut memeriahkan acara tanpa bisyarah (istilahnya sambatan). Maka orientasi kita tentu harus ikhlas untuk saling bermanfaat tanpa mengharap imbalan. Pengalaman-pengalaman tersebut menurut saya sangat berharga," ungkapnya.


Alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga ini mengaku pernah menjadi juara dalam beberapa kompetisi rebana yang diikuti. Dari mulai juara pertama tingkat kabupaten, juara kedua tingkat provinsi dan juara harapan kedua untuk tingkat nasional.

 

"Di antaranya yang paling berkesan adalah sebagai finalis Rebana Modern mewakili UIN Salatiga di event Pekan Seni dan Olahraga Nasional (Pesona) di Bandung," tuturnya.


Ia mengungkapkan, ada dinamika naik turun dalam perjalanannya menjadi bagian dari tim pemain rebana. Terkadang muncul ketidakcocokan dan salah paham yang nyaris menimbulkan pertengkaran.

 

Beruntung, Ikmal dan personel lain dapat menyelesaikan gesekan-gesekan tersebut secara kekeluargaan dan bermusyawarah. "Tentu banyak suka yang kami alami dari pada duka, persahabatan, kebersamaan, canda, tawa, prestasi, dan lain-lain,"  jelasnya.

 

Ia berpesan untuk para santri dan pembaca yang ingin belajar mengenai teknik suara atau kreativitas dalam memainkan alat rebana, agar memperhatikan adab dan akhlak saat membaca qasidah atau maulid. Fenomena saat ini, pada umumnya banyak orang yang mengabaikan adab dalam membaca qasidah atau maulid, hingga lupa substansi dari yang dibaca.

 

Banyak orang hanya memperhatikan kemeriahan dan keseruan acara sehingga yang tersorot oleh khalayak termasuk di medsos yakni joget-joget. Ini menjadi preseden buruk bagi pembacaan qasidah dan shalawat.
 
"Padahal guru-guru kita mengajarkan sesuatu yang penuh dengan adab dan tentu harus kita amalkan untuk menyadarkan orang-orang yang punya pandangan buruk," terangnya.

 

Cerita Azhari
Lain lagi dengan Azhari Andi, seorang santri dari Pesantren Al-Hadi Krapyak, Bantul, Yogyakarta, memiliki kisah inspiratif yang tidak kalah menarik. Berasal dari keluarga petani tidak membuatnya berkecil hati. Ia menempuh pendidikan sarjana hingga doktor tanpa biaya pribadi alias lewat jalur beasiswa.


Saat menempuh pendidikan Sarjana jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, ia mendapat beasiswa dari Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI). Kemudian, ia melanjutkan kuliah magister di jurusan Qur'an dan Hadits di kampus yang sama dengan beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Terakhir, ia mendapat beasiswa di Universitas Islam Internasional (UIII) Depok untuk program doktoral.


"Motivasi saya kuliah dengan beasiswa ingin studi di perguruan tinggi tanpa membebankan orang tua. Orang tua saya petani. Saya berasal dari Kabupaten Musi Rawas Utara,  daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di Sumatra Selatan (Sumsel)," ungkapnya.

 

Ia mengatakan, tujuan awal beasiswa doktoral yang ingin ia raih yaitu di kampus Turki dan beasiswa LPDP di kampus Amerika. Namun keduanya hanya sampai pada tahap wawancara dan ia dipastikan tidak lulus.


"Alhamdulillah lulusnya di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok," tuturnya.

 

Alumnus Madrasah Aliyah (MA) di Perguruan Thawalib Padang Panjang, Sumatra Barat, ini mengungkapkan, berkuliah di kampus internasional adalah cita-citanya sejak menempuh kuliah sarjana. 

 

Perjalanan menempuh program doktoral tidaklah semudah yang ia pikirkan. Bersamaan ketika menempuh program magister, ia harus meluangkan waktu untuk kursus bahasa Inggris di Center for International Language and Cultural Studies (Cilacs) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. 

 

Ia menjelaskan bahwa dari pagi hingga sore dirinya harus berkuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sedangkan saat sore hari pada pukul 16.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB, setiap Senin hingga Jumat, ia harus mengikuti kursus bahasa Inggris di Cilacs UII Yogyakarta.


Menurutnya, kursus bahasa Inggris yang ia tempuh di Cilacs sangat berguna dalam memahami kuliah yang menggunakan pengantar berbahasa Inggris di UIII Depok.


"Saya kadang kalau habis kursus malam itu kecapekan dan pulang kos langsung mandi dan ketiduran. Tapi capek setahun itu terbayar dengan kesempatan studi S-3 dengan beasiswa UIII dan kampusnya full bahasa Inggris," terangnya.

 

"Sekarang saya semester tujuh, doakan tahun depan saya selesai dan wisuda S-3 ya," harapnya.

 

Azhari mengisahkan, dulu sewaktu mendaftar program doktoral ia bekerja sebagai kepala asrama di pesantren Thawalib Padang Panjang dan dosen luar biasa di UIN Mahmud Yunus Batusangkar. Aktivitasnya sangat padat sekali, dari waktu Subuh hingga pukul 21.00 WIB, ia harus mengurusi asrama. 


Baru di atas jam tersebut, ia meluangkan waktu untuk mempersiapkan dokumen-dokumen beasiswa, proposal disertasi dan belajar bahasa Inggris untuk mengikuti kembali tes TOEFL.

 

"Alhamdulillah, kerja keras selaras dengan hasil," kisahnya.

 

Ia berpesan untuk para santri agar tidak takut bermimpi. Menurutnya, mimpi tersebut harus disertai tekad, usaha dan doa yang kuat. Maka, Allah akan memberi kemudahan. 

 

Ia menegaskan, faktor finansial seharusnya bukan menjadi halangan para santri untuk menempuh pendidikan tinggi. Banyak lembaga negara dan swasta yang menyediakan beasiswa program sarjana hingga doktor, baik di dalam maupun luar negeri. 

 

"Santri wajib mengambil kesempatan-kesempatan ini dengan mempersiapkan diri dengan belajar yang tekun, gigih, disiplin, dan melek informasi. What you do today adalah investasi masa depanmu. Lakukan yang terbaik!," katanya.


Berikut beberapa prestasi yang pernah diraih Azhari:
1. Presenter di Annual Conference of British Association for Islamic Studies di Universitas Leeds, UK, 2024 
2. Da’i Ambassador Dompet Dhuafa di Australia 2024 
3. Presenter Konferensi CILIS Islamic Studies Postgraduate Conference yang diadakan oleh CILIS, Law School, Universitas Melbourne, Australia, 2023 
4. Presenter pada NISIS Autumn School yang diadakan oleh Fakultas Studi Agama dan Fakultas Ilmu Sosial Vrije University dan Netherlands Interuniversity for Islamic Studies (NISIS) Belanda 2023 
5. Menjadi Khutbah Idul Fitri di KBRI di Canberra  2024
6. Duta Bahasa Nasional Kemendikbud 2019
7. Duta Santri ke-2 Nasional 2016
8. Juara 1 Duta Bahasa DIY 2019
9. Juara 1 Debat Bahasa Arab MQK DIY 2016
10. Juara 1 MQK Fiqih
11. Juara 2 Tafsir Bahasa Inggris MTQ Sleman
12. Juara 2 MTQ Kota Padang Panjang 
13. Wisudawan Terbaik S-1 dan S-2 Fakultas Ushuluddin UIN Suka Yogyakarta.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang