Suasana dalam Kongkow Kepemudaan di Cafe Manifesco, Jalan Jalmak, Kabupaten Pamekasan. (Foto: NU Online/Anam)
Hairul Anam
Kontributor
Pamekasan, NU Online
Tinta emas sejarah kemerdekaan tidak luput dari peran aktif para pemuda. Sangat tepat saat ini bila pemuda dikatakan sebagai agen kemajuan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Demikian ditegaskan Ketua Umum DPW Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA), Kholilur Rahman dalam Kongkow Kepemudaan di Cafe Manifesco, Jalan Jalmak, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Kamis (31/10) malam. IMABA merupakan organisasi kemahasiswaan yang dihuni santri alumni Pesantren Mambaul Ulum, Bata-Bata Pamekasan.
Menurut Lilur, panggilan akrabnya, kongkow kepemudaan tersebut mengupas tentang sejarah lahirnya sumpah pemuda, peran dan tugas pemuda milenial, dan pemuda dengan bonus demografi.
"Terkait demografi, kita mengulas apa yang perlu pemuda persiapkan serta apa yang didapatkan pemuda dari bonus demografi. Dalam hal kependudukan, Indonesia masuk empat besar dengan total 270 juta penduduk," ungkap Lilur.
Tonggak kemerdekaan, tambahnya, telah didengungkan pemuda jauh hari sebelum deklarasi kemerdekaan. Yakni pada tanggal 28 Oktober 1928 yang dikenal sebagai Hari Sumpah Pemuda.
"Tumpah darah satu, tanah Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia; dan berbahasa satu, bahasa Indonesia. Itulah substansi dari kepemudaan yang menjadi pelecut kemerdekaan NKRI," ungkap Lilur.
Smentara itu, salah seorang narasumber, Samsul Arifin diacara tersebut menegaskan, hal kongkret yang bisa dilakukan pemuda untuk kemajuan NKRI dimulai dari ibda' binafsik (memulai dari diri sendiri), selalu mengevaluasi dan memperbaiki diri.
"Dalam menjaga kedaulatan, banyak praktik yang bisa kita lakukan. Konsep ibda' binafsik mesti dijadikan pondasinya," tegas Coel, panggilan akrab Samsul Arifin.
Dalam memajukan NKRI, tambah Coel, pemuda harus optimis, jangan sampai pesimis, mesti percaya diri, jangan ragu dengan kemampuan kepemudaan. Sebab optimisme bekal paling berharga dalam megarungi kehidupan.
"Dalam sejarah Islam pun, pemuda punya peran penting. Bahkan, dalam kondisi genting, pemuda bisa menjadi pembeda dan mampu mewarnai sejarah emas Islam," ungkap Dosen IAI Al-Khairat Pamekasan tersebut.
Coel mencontohkan Usamah bin Zaid, seorang pemuda yang saat berumur 18 tahun dipercaya menjadi jenderal lapangan melawan Romawi. Meski sempat ada protes dari para seniornya, Usamah memberikan bukti progresif dengan menghempaskan kedigdayaan Romawi.
"Romawi saat itu tidak pernah kalah. Di tangan pemuda, Usamah bin Zaid, ribuan pasukan Romawi bertekuk lutut dalam kekalahan yang memalukan," ungkap Coel.
Masih banyak lagi pemuda yang mewarnai sejarah emas Islam. Sebut saja Umar bin Abdul Aziz yang menjadi Gubernur saat berumur 20 tahun. Bahkan, Imam Syafi'i sukses menjadi mufti di kala umurnya baru 15 tahun.
Menurut Coel, dalam melahirkan perubahan, mesti dihiasi dengan ide segar. Sebab, gerakan tanpa ditopang dengan pemikiran, hanya akan menjadi bumerang.
"Agent of change mesti dilandaskan pada agent of ideas," tegas Coel.
Coel mengurai banyak hal terkait kepemudaan saat ini yang terperangkap dekadensi moral. Itu tidak terlepas dari tantangan terbesar era 4.0 dan 5.0, yaitu media atau IT.
"Hebohnya media sosial (medsos) mesti kita sikapi secara bijak. Lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan pikiran dan sikap kita," urainya.
Karena itu, Coel menyarankan kepada mahasiswa santri yang tergabung di IMABA agar hati-hati dalam bergaul. Biar tidak hanya punya pendidikan, tapi juga berpendidikan.
Kontributor: Hairul Anam
Editor: Aryudi AR
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua