Hidroganik adalah sistem tanam yang menggunakan lahan instalasi paralon dengan gelas plastik yang diisi media organik sebagai media tanam. (Foto: Nu Online/ Aryudi)
Aryudi A Razaq
Kontributor
Bondowoso, NU Online
Setelah sukses menanam padi dengan sistem hidroganik, Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Bondowoso, Jawa Timur terus mengembangkan sistem penanaman ini. Dengan sistem yang sama, ISNU Bondowoso menggunakan sistem hidroganik untuk menanam sayuran. Lokasinya pun sama, yaitu di Desa Gayam, Kecamatan Botolinggo, Kabupaten Bondowoso.
Hidroganik adalah sistem tanam yang menggunakan lahan instalasi paralon dengan gelas plastik yang diisi media organik sebagai media tanam.
“Kita sebut hidroganik, karena pupuknya memang menggunakan pupuk organik, dan ini irit air” ujar Ketua PC ISNU Bondowoso, Muchammad Abdul Chaliq di Bondowoso, Kamis (8/4).
Selama ini, lanjutnya, air sering kali menjadi kendala bagi petani untuk menggarap sawahnya. Sebab, tidak semua daerah memiliki topografi, kesuburan, dan sistem irigasi yang sama. Justru di daerah tertentu, terkadang tanahnya tandus sehingga sulit menghasilkan produk pertanian yang bagus. Inilah yang coba diatasi oleh ISNU Bondowoso. Bukan mendatangkan air tapi membuat sistem pertanian yang tidak terlalu banyak membutuhkan air. Dan ini ditemukan dalam sistem hidroganik.
Kali ini, Chaliq, sapaan akrabnya, menanam sayuran bayam, sawi, dan bawang di lahan hidroganik tersebut. Hidroganik bentuknya adalah kolam, yang diatasnya dipasang instalasi paralon berukuran 4 dim. Bibit sayuran dan bawang ditanam di dalam gelas plastik yang sudah diisi media organik berupa kotoran ternak yang sudah difermentasi, dicampur dengan cocopit serta arang sekam. Gelas tersebut kemudian diletakkan di paralon yang sudah dilubangi seukuran gelas. Gelas tersebut dibolongi kecil-kecil untuk saluran akar sekaligus akses serap air.
Di bawah instalasi paralon itu (kolam), dimanfaatkan untuk budidaya ikan. Selanjutnya, air yang di dalam kolam itu, dinaikkan dengan pompa air, dan dialirkan ke tanaman melalui gelas-gelas yang tertata di paralon. Air itu kemudian jatuh lagi ke kolam melalui ujung paralon, dan dinaikkan lagi ke atas (tanaman). Begitu seterusnya.
Sirkulasi air tersebut mengandung kotoran ikan yang ada di kolam. Akar sayur yang sudah memanjang juga berfungsi sebagai penyaring kotoran ikan sekaligus juga sebagai pupuk, hingga saat air sudah turun ke kolam, sudah relatif bersih.
“Di situlah keunikan cara kerjanya hidroganik,” jelas Chaliq.
Ada 12 instalasi yang sudah terpasang di lahan Hidroganik milik ISNU Bondowoso. Masing-masing instalasi berukuran 2 x 12 meter persegi. Masa panen sayur hanya 20 hari, dan selanjutnya bisa ditanami lagi. Setiap instalasi menghasilkan sekitar 80 kilogram sayur.
Lahan hidroganik yang dirintis ISNU Bondowoso itu, tampaknya menjadi perhatian sejumlah kalangan. Karena itu, tak heran jika lahan hidroganik itu dibuat sebagai tempat praktik kerja lapangan (PKL) 15 siswa-siswi SMK Pertanian Negeri 1 Bondowoso.
“Sudah sekitar seminggu mereka PKL di sini, dan mungkin inilah satu-satunya lembaga NU yang dipilih sebagai tempat PKL,” pungkas Chalid.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
LAZISNU Gelar Lomba dengan Total Hadiah Rp69 Juta, Ini Link Pendaftarannya
2
Cara Wudhu di Toilet agar Tidak Makruh
3
Kolaborasi LD PBNU dan LTM PBNU Gelar Standardisasi Imam dan Khatib Jumat Angkatan Ke-4
4
Besok Sunnah Puasa Ayyamul Bidh Jumadal Ula 1446 H, Berikut Niat dan Keutamaannya
5
UI Minta Maaf soal Disertasi Bahlil Lahadalia, Kelulusan Ditangguhkan, Moratorium SKSG
6
Sosiolog Sebut Sikap Pamer dan Gaya Hidup Penyebab Maraknya Judi Online
Terkini
Lihat Semua