Ahmad Rozali
Kontributor
Jakarta, NU Online
Guru Besar Pemikiran Politik Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Siti Musdah Mulia mengingatkan pentingnya menanamkan rasa cinta pada tahan air dalam bingkai agama sejak dini. Hal ini telah dicontohkan oleh para pendiri bangsa dengan mengajarkan prinsip Hubbul Watan Minal Iman yakni mencintai tanah air dan bangsa adalah bahagian dari keimanan kita.
“Ini harus selalu diomongin ke anak-anak,” ujar Musdah Mulia beberapa waktu lalu di Jakarta.
Ia memberi contoh adanya fenomena yang kerap terjadi di Indonesia tentang keengganan siswa untuk hormat bendera dalam upacara karena menganggapnya sebagai perbuatan syirik atau menyekutukan tuhan. Ia menyebut hal itu sebagai kegagalan dalam menanamkan kecintaan pada bangsa.
Lebih dari itu, hormat bendera, pada dasarnya merupakan kebanggaan tersendiri pada Bangsa Indonesia, yang harus disyukuri. “Itu bagian dari rasa syukur kepada Allah, di mana kita memelihara bangsa ini,” ucapnya.
Kecintaan pada bangsa, lanjut Musdah seharusnya tidak hanya ditanamkan di sekolah. Namun, rasa cinta pada keluarga sebaiknya ditanamkan di keluarga saat anak masih kecil melalui pendidikan keluarga. Oleh karenanya, orang tua harus belajar juga, tidak hanya cara menjadi orang tua, namun juga bagaimana menjadi pendidik. “Pendidikan dengan memberikan contoh teladan harus dilakukan oleh orang tua demikian juga dengan guru,” kata dia.
Jargon Hubbul Watan Minal Iman
Kata Hubbul Watan Minal Iman sendiri atau cinta pada negara adalah bagian dari iman dilahirkan oleh Rais Akbar KH Hasyim Asy'ari pada awal tahun 1900-an. Kala itu Indonesia tengah berjuang untuk lepas dari penjajahan Belanda.
Kalimat singkat itu menjadi jembatan antara cinta tanah air dan cinta agama yang kerap dipertentangkan. Kalimat itu melahirkan nasionalisme yang berangkat dari ruang sakral keagamaan.
Kala itu, para ulama di bawah komando Rais Akbar KH Hasyim Asy'ari menggerakkan dan membangkitkan sifat nasionalis pada seluruh elemen masyarakat yang dimulai dari para kiai dan santri.
Salah satunya yang dilakukannya adalah saat menerima utusan presiden Soekarno berkaitan hukum membela dan mempertahankan bangsa dan negara bagi warga oleh penjajah. KH Hasyim Asy'ari pun mengatakan wajib ain tanpa pengecualian untuk mempertahankannya. Mulai saat itulah beliau mengeluarkan fatwa jargon Hubbul watan minal iman.
Kendati Kalimat Hubbul watan minal Iman lahir pada masa lalu, namun relevansinya masih kuat hingga saat ini, terutama di saat banyaknya kelompok yang hendak mempertentangkan nilai keagamaan dan nilai kebangsaan.
Seperti diketahui beberapa tahun terakhir, pemerintah pun telah membubarkan sejumlah kelompok dan organisasi yang oleh pemerintah dianggap bertentangan dengan semangat Pancasila dan NKRI, misalnya hendak mendirikan negara Islam di Indonesia.
Sebut saja pada 2017 silam, ada Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Jauh sebelum itu pada sekitar 2014 lalu, Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang didirikan oleh Abu Bakar Ba'asyir juga dibubarkan pemerintah. Pada 2007 pemerintah membubarkan Jamaah Islamiyah (JI).
Fenomena menguatnya upaya mendirikan negara Islam semacam itu antara lain didorong oleh kurangnya kecintaan pada Indonesia sebagai sebuah negara. Hal itu disebabkan kegagalan dalam menyatukan rasa cinta pada tanah air dan agama secara bersamaan.
Pewarta: Ahmad Rozali
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua