Daerah

ISNU Jatim: Jadikan NU Online Sumber Informasi Utama

Jumat, 12 Juli 2019 | 02:00 WIB

ISNU Jatim: Jadikan NU Online Sumber Informasi Utama

Wakil Ketua PW ISNU Jatim, Gus Hans (tengah)

Jombang, NU Online
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur KH Zahrul Azhar Asumta As'ad (Gus Hans) mengucapkan selamat hari lahir ke-16 NU Online. 

Baginya, NU Online adalah wajah lain dari organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama dalam wujud digital. Hal ini karena tulisan dan konten yang dimuat di NU Online memuatkan ajaran Islam modern, Aswaja, dan menginspirasi umat Islam.

"Selamat ulang tahun NU Online. Saya melihat NU Online adalah 'wajah NU' dalam dunia digital. Konten yang disajikan selalu terukur dan mendasarkan pada nilai-nilai aswaja dengan acuan kode etik jurnalistik yang kental," katanya kepada NU Online, Kamis (11/7).

Pengasuh Pesantren Queen Al-Azhar Darul Ulum,  Rejoso Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur ini menilai, NU Online layak menjadi rujukan utama masyarakat Indonesia tidak hanya kaum nahdliyin saja.

NU Online memuat konten yang cukup menarik seperti khutbah Jumat, budaya, pendidikan, keislaman, fikih ibadah, bahsul masail, tasawuf dan berbagai kata-kata mutiara dari para tokoh.

"Saya yakin jika NU Online masih tetap bisa menjaga kaidah-kaidah di atas. Insyaallah NU Online akan menjadi rujukan utama bukan hanya bagi nahdliyin tapi juga seluruh warga Indonesia yang mencintai keutuhan NKRI. Sekali lagi selamat berulang tahun untuk NU Online," tambah Gus Hans.

Ketua Pengurus Cabang (PC) Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama Kabupaten Jombang KH Jauharuddin Alfatich berharap NU Online bisa menularkan ilmunya kepada para santri di pesantren-pesantren. Baik pesantren salaf, modern maupun semi salaf-modern.

Ia juga akan mensosialisasikan ke pesantren-pesantren untuk membaca, menulis di NU Online dan menginformasikan kegiatan ke jurnalis-jurnalis NU Online.

"Selamat ulang tahun ke-16 NU Online, sukses selalu. Semoga ke depan kita bisa bersinergi dalam berbagi ilmu jurnalistik ke santri-santri. Biar insan pesantren melek ilmu Jurnalitik dan bisa antisipasi hoaks," bebernya.

Dikatakan, di masa depan para santri seharusnya bisa menulis. Baik dalam bentuk tulisan berita maupun opini tentang peran pesantren, kiai, khazanah Islam, dan kajian agama Islam. Dan selama ini, bidang menulis kurang serius digarap oleh pesantren.

"Santri itu punya bahan banyak untuk ditulis, karena mereka mengkaji kitab-kitab besar karya ulama. Seandainya setiap ngaji santri menulis rangkuman, maka sudah tak terhitung tulisan terkumpulkan dari pesantren," tandasnya. (Syarif Abdurrahman/Muiz)