Sidoarjo, NU Online
Indonesia kaya akan budaya, yang masing-masing daerah memiliki cirri tersendiri. Aneka khazanah tersebut harusnya dipertahankan agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman.
Ikhtiar serius dilakukan kampus kebangaan warga Nahdlatul Ulama di Sidiadjo, Jawa Timur ini. Pada Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan Bahasa Daerah Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) dilaksanakan dengan menggelar adicara atau tata cara upacara adat Jawa.
Secara berkelompok mahasiswa diwajibkan membuat acara hajatan dalam tradisi Jawa yang terdiri dari upacara temu manten, siraman, mudun lemah, dan tingkepan.
Dosen Bahasa Daerah Wahyu Maulida Lestari menjelaskan bahwa keterampilan seperti ini layak terus dijaga. “Tujuan pelaksanaan ujian semacam itu untuk membekali mahasiswa keterampilan menggelar upacara adat Jawa,” katanya, Sabtu (6/7).
Sebelumnya, para mahasiswa juga dibekali kemampuan berbahasa Jawa Kromo untuk memandu upacara. “Mereka selain bisa berbahasa Jawa Kromo juga memahami upacara-upacara Jawa yang sudah jarang ditemui,” jelas Wahyu.
Dalam pandangannya, kemampuan seperti itu layak diberikan kepada para calon sarjana. “Selain itu untuk penanaman pendidikan karakter mahasiswa calon guru lulusan PGSD Unusida yang bisa dikembangkan untuk jasa event organiser sebagai nilai tambah lulusan,” ungkapnya.
Dirinya mengemukakan bahwa Indonesia adalah negara dengan berbagai kekhasan yang tidak ditemui di kawasan lain. “Intinya, apa yang kami lakukan untuk mengenalkan kembali kultur Jawa yang sudah mulai ditinggalkan,” urainya.
Lebih lanjut, Wahyu mengemukakan bahwa mata kuliah Bahasa Jawa menjadi salah satu media penanaman kearifan lokal dan penguatan ciri khas budaya asli Indonesia. “Karenanya harus dijaga dan dilestarikan, serta disampaikan ke masyarakat,” jelasnya.
Kegiatan tersebut dipusatkan di aula kantor Pengurus Cabang (PC) Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif Nahdlatul Ulama Sidoarjo. Pelaksanaan ujian diikuti oleh seluruh mahasiswa semester empat. Dan dari ujian tersebut, tampak bahwa sejumlah mahasiswa mampu mempraktikkan aneka tradisi Jawa yang kerap digelar masyarakat. (Moh Kholidun/Ibnu Nawawi)