Perkembangan teknologi dan informasi sudah semakin cepat. Tak dapat dipungkiri perkembangan ini bukan hanya murni teknologi digital, akan tetapi membawa pemikiran sekuler, gaya hidup hedonis, dan permisif yang sangat tidak sesuai dengan budaya asli bangsa Indonesia.
Hadirnya sosial media menjadi atensi tersendiri bagi kalangan pelajar bahwa tantangan tidak semakin mudah. Berbeda jauh dengan masa di mana perkembangan teknologi tidak seperti sekarang.
Demikian yang ditegaskan Sekretaris Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Abdul Wasid saat hadir dan memberikan arahan pada kegiatan Silaturahim Pelajar NU se-Kabupaten Sumenep yang diselenggarakan oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kecamatan Ambuten, di Aula Kantor Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) setempat, Ahad (26/1).
"Tantangan pelajar NU tempo dulu semasa saya masih aktif sebagai pengurus di PW IPNU Jawa Timur sangat beda dengan sekarang. Dulu sosial media tidak booming seperti sekarang," tegas Abdul Wasid.
Mantan aktivis Pimpinan Cabang IPNU Kabupaten Sumenep itu menekankan, pelajar NU tidak boleh tinggal diam saja menikmati perkembangan teknologi ini dengan segala bentuk kemudahan yang dibawanya. Melainkan kader IPNU-IPPNU dituntut untuk bijak memanfaatkannya.
"Jika kita tidak mampu memanfaatkan teknologi ini dengan baik, sudah pasti akan terbawa arus yang berbahaya. Silakan gunakan segala kemudahan ini dengan bijak, saya pastikan kader IPNU-IPPNU sudah memiliki smartphone semua," jelasnya.
Tidak hanya itu saja, tambah Abdul Wasid, tantangan hari ini adalah soal generasi yang hilang identitas. Untuk itu, ia mengajak kader IPNU-IPPNU untuk kembali memperkuat kaderisasi di lingkungan sekolah. Sesuai berdasarkan Keputusan Kongres 2003 di Surabaya, basis utama IPNU-IPPNU adalah pelajar.
“Apalagi sekolah menjadi sasaran empuk dalam penyebaran paham radikalisme. Ini menjadi tugas IPNU-IPPNU untuk menumpasnya dengan membekali mereka paham Ahlussunnah wal Jamaah," tukasnya.
Kontributor: Sulaiman
Editor: Syamsul Arifin