Daerah

Kakek Ini Bilang: Banser Itu Jalan Jihad fi Sabilillah

Senin, 11 Desember 2017 | 12:21 WIB

Kakek Ini Bilang: Banser Itu Jalan Jihad fi Sabilillah

Ahmad Sugiyanto berbincang dengan Asinfokom Satkornas Banser Gatot Arifianto.

Musi Rawas, NU Online 
Mata dan rambutnya kelabu, tapi jalan dan suaranya masih gagah dan berwibawa, terutama saat mengajak anggota Banser yang masih muda untuk terus mendisiplinkan diri, berkhidmah bagi organisasi dan NKRI.

"Jadi Banser itu harus diniatkan sebagai jihad fi sabilillah," ujar Ahmad Sugiyanto, di Musi Rawas, Senin (11/12).

Pria kelahiran Yogyakarta 1948 yang kini menjadi warga desa dan Kecamatan Sumber Harta, Kabupaten Musirawas, Provinsi Sumatera Selatan itu mengaku bangga menjadi bagian keluarga Ansor Banser.

Ia berharap, Banser zaman now dapat menjadi generasi yang memegang teguh Ahlussunah wal-Jama’ah an-Nahdliyah, Pancasila, lebih profesional dan lebih bertanggung jawab dengan tugas diberikan serta memotivasi diri untuk terus membela kebenaran, juga NKRI.

Yanto telah mendorong empat anaknya untuk menjadi  anggota Banser. Alasannya, “akidah” Nahdlatul Ulama beserta badan otonomnya adalah Ahlussunah wal-Jama’ah.

"Kiprah Ansor dan Banser dalam mempertahankan NKRI dan menjaga ulama dari saya muda juga sudah jelas. Alhamdulillah, tiga anak lelaki saya sudah menjadi anggota Banser dan satu perempuan bergabung dengan Fatayat NU," ujar pria karib dipanggil Mbah Yanto itu.

Saat ditanya berapa honor ia terima menjaga pengajian sejak menjadi Banser sejak 1964, ia justru tertawa geli.

"Sudah puluhan kali memang menjaga pengajian. Tapi untuk masalah itu, bisa tanya kiai kalau masalah itu," ujar Mbah Yanto tersenyum sembari menunjuk KH Muhammad Ali Mas'ud, Pengasuh Pesantren Riyadlus Sholihin dengan ibu jarinya.

Kiai Ali secara terpisah menjelaskan, seringkali merasa tidak enak dengan Yanto. 

"Secara usia saya ini lebih muda dari Mas Yanto. Tapi takzimnya pada kiai-kiai sungguh luar biasa. Dari menjaga pengajian hingga silaturahmi pada kiai, kontinu ia lakukan, dan tanpa pernah merengek meminta apa-apa," kata dia.

Kaderisasi Banser selalu menekankan, berkhidmah di Ansor atau Nahdlatul Ulama tidak akan menerima gaji. Peserta yang tidak sanggup dipersilakan mundur sejak awal. 

Sehingga jika ada ungkapan fitnah, Banser menjaga gereja demi sebungkus nasi tentu informasi tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Kiai Ali menambahkan, Mbah Yanto saat bersilaturahim dengan kiai justru malah sering memberi kenang-kenangan walau hanya pin Banser. Para kiai diminta ikhlas menerima pemberiannya.

Dan jika ada kegiatan kaderisasi, Mbah Yanto juga sering hadir. Termasuk survei lokasi, dan menginap di sekitar lokasi kegiatan sebelum hari H demi suksesnya kaderisasi.

"Khidmahnya untuk organisasi luar biasa, dan tidak bisa diragukan lagi," papar Kiai Ali yang tinggal di Desa Jaya Bakti, Kecamatan Tuah Negeri, Kabupaten Musi Rawas. (Alya Juwita Kusumah/Abdullah Alawi)