Daerah

Kronologi Aksi Free West Papua di Yogyakarta: Ricuh Gara-gara Bendera Bintang Kejora Dikibarkan

Jumat, 6 Desember 2024 | 20:00 WIB

Kronologi Aksi Free West Papua di Yogyakarta: Ricuh Gara-gara Bendera Bintang Kejora Dikibarkan

Gambar hanya untuk ilustrasi berita. Momen saat Mahasiswa Papua di Kota Bandung menggelar aksi pada 27 Maret 2024. (Foto: instagram @fri_westpapua)

Yogyakarta, NU Online

Aksi demo Free West Papua yang dilakukan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) dan Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP) yang digelar di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta pada Ahad (1/12/2024) berakhir ricuh. Kericuhan terjadi antara massa aksi dan aparat kepolisian.


Salah satu peserta aksi, yang tidak mau disebutkan namanya, menyampaikan salah satu tuntutan utamanya yaitu meminta pemerintah Indonesia agar rakyat Papua bisa menentukan nasibnya sendiri.


“Tuntutan paling utama adalah menuntut agar Indonesia memberikan kesempatan kepada rakyat Papua untuk memberikan hak untuk menentukan nasibnya sendiri,” ujarnya kepada NU Online pada Kamis (5/12/2024) malam.


Ia juga menambahkan tuntutan selanjutnya yaitu penolakan terhadap Proyek Strategis Nasional di Papua, tarik pasukan militer organik dan non-organik di Papua Barat, dan bebaskan seluruh tahanan politik Papua Barat tanpa syarat.


“Kedua, tarik sistem pasukan militer organik maupun non-organik dan segala bentuk operasi militer yang saat ini berdiri di Papua, hentikan proyek strategis nasional (PNS) di seluruh tanah Papua, membebaskan tanpa syarat seluruh tahanan politik,” tambahnya.


Kronologi

Ia menjelaskan, aksi dimulai sejak pukul 10.00 WIB yang dimulai dari Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kusumanegara menuju Titik 0 kilometer di Jalan Malioboro.


“Kita baru jalan sekitar 500 meter, lalu sudah dihadang oleh polisi. Jadi kita sudah tidak bisa jalan ke titik 0 itu. Jadi hanya bisa sampai di Gedung Keuangan Negara di Jalan Kusumanegara, itu saja,” katanya.


Pada 14 November 2024, mereka sudah melapor kepada aparat kepolisian bahwa akan ada kegiatan aksi Free West Papua pada 1 Desember pukul 10.00 WIB dengan lokasi akhir di titik 0 kilometer di Jalan Malioboro. Pihak kepolisian pun menyetujui hal itu, tetapi dengan catatan tidak mengibarkan bendera bintang kejora.


“Tetapi ketika pas jam 10 itu, Polisi menyampaikan bahwa akan ada aksi tandingan di titik kilometer 0 pada jam 11. Jadi gara-gara itu kita tidak bisa sampai sana, pas jam 11 salah satu dari kita cek kesana ternyata tidak ada, kita juga dibohongin sama polisi,” katanya.


Sejak aksi dimulai, massa aksi sudah mulai menyampaikan tuntutan mereka di sepanjang jalan.


“Walau di beberapa titik jalan kita ditahan sama Polisi, kita tetap menyampaikan aspirasi kita,” ujarnya.


Ia bersama peserta aksi mengevaluasi kegiatan aksi kemarin. Ternyata orang yang mengibarkan bendera bintang kejora bukan massa aksi dari kelompok mereka.


Sebab massa aksi yang mengikuti aksi telah melaksanakan briefing sebanyak tiga kali dan melakukan pendataan peserta sebelum memulai aksi.


“Ketika semua peserta aksi tersebut dikejar Polisi, kita masuk ke dalam asrama. Setelah dicari orang yang mengibarkan bendera tersebut tidak ada di dalam kawanan kami,” ujarnya.


“Orang yang mengibarkan bendera tersebut, tidak mengikuti briefing yang kami laksanakan sebanyak tiga kali itu, dan tidak mengikuti aksi dari asrama hingga Gedung Keuangan Negara, dan baru terlihat di gerombolan massa itu setelah kami mendekati asrama pas jalan pulang, baru dia ada, dia memang orang Papua tapi kita tidak kenal dia siapa,” tambahnya.


Ia mengatakan ketika oknum mengibarkan bendera bintang kejora, Polisi langsung menyerang peserta tanpa pandang bulu.


“Ketika bendera dikibarkan, kami dipukul. Kami juga bingung kok dipukul karena terjadi sangat-sangat cepat, langsung teman-teman balas memukul, terjadi baku hantam antara Polisi dan intel yang mengikuti kami sampai asrama, Polisi tidak bisa membedakan teman-teman Papua,” ujarnya.


Ia menyampaikan bahwa sampai saat ini massa aksi yang termasuk ke dalam kelompoknya ada yang ditahan oleh aparat kepolisian.


“Ada yang ditahan Polisi tetapi bukan yang mengibarkan bendera. Jadi polisi main comot saja orangnya,” ujarnya.


Ia mengatakan bahwa temannya ini bisa dibebaskan jika mahasiswa Papua menyerahkan massa aksi yang mengibarkan bendera bintang kejora.


“Polisi itu meminta keluarin orang yang mengibarkan bendera tanpa ngasih tahu. Kalau Polisi tahu ya orangnya yang mana, ya Polisi kasih tahu dong ke kita orangnya yang mana, muka yang mana, kita saja nggak tahu orangnya yang mana,” ujarnya.


Sementara itu, menurut pihak kepolisian, pengibaran bendera bintang kejora alias bendera prokemerdekaan West Papua disebut menjadi penyebab gesekan. Polisi menyatakan ingin mengamankan bendera itu saat dikibarkan beberapa pengunjuk rasa yang hendak membubarkan diri.


“Diamankan petugas kami, terjadilah pelemparan benda-benda keras ke arah petugas, kita mengamankan situasi,” ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Kepolisian Daerah (Polda) Yogya, Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Nugroho Arianto yang disampaikan melalui Instagram Instagram Polda DIY, pada Ahad (1/12/2024).